Monday, March 30, 2009

Perhentian 14


YESUS DIMAKAMKAN

Kami menyembah sujud kepada-Mu, Kristus, serta memuji Engkau. 
Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.

Saat itu....

Iringan-iringan orang setia menghantar jenazah Yesus ke tempat pemakaman. Kedukaan dan kesedihan menyelimuti mereka. Menurut anggapan manusiawi, jelas ini merupakan suatu kegagalan, musnahlah harapan, lenyaplah kebanggaan akan seorang tokoh pembawa damai dan keselamatan. Namun iman kita mengajarkan bahwa Yesus turun ke tempat penantian dunia orang mati, lalu pada hari ketiga, Ia bangkit mendobrak pintu alam maut. Dan dengan demikian mulailah fajar hidup yang baru. Dengan kebangkitan-Nya, terbukalah rahasia terdalam yang menjadi pertanyaan setiap insan. Inilah makna dari segala penderitaan yang melanda hidup Yesus; bangkit untuk mengalami puncak keberadaan-Nya sebagai Allah dan Manusia.

Saat ini......

Tak ada mawar tak berduri, tak ada kebahagiaan tanpa derita. Semua perkawinan yang langgeng selalu dipenuhi dengan pengalaman suka dan duka yang silih berganti. Bahagia atau tidak bahagia tergantung cara kita memaknai aneka peristiwa. Kesabaran dan ketabahan menanti penyelenggaraan ilahi, akan membimbing kita kepada kepenuhan janji perkawinan kita. Penderitaan yang kita alami bersama pasangan, akan menjadi apa yang disebut oleh Alm. Bapa Suci Yohanes Paulus II sebagai “salvifici doloris”; penderitaan yang menyelamatkan. 

Doa:

Tuhan Yesus Kristus, kisah hidup-Mu sebagai Manusia yang begitu berat, mengagumkan, sekaligus mengerikan sekarang sudah berakhir. Semoga kami Kauberi iman yang sejati agar kami tidak hanya terpaut pada kesan dan peristiwa lahiriah, melainkan selalu peka untuk melihat makna yang tersembunyi dalam setiap peristiwa derita. Dengan demikian, apa yang tampak sebagai kutuk dapat dilihat sebagai rahmat; sial menjadi mujur; gelap menjadi terang. Semoga setiap kali kami mengalami kegagalan dan kekecewaan dalam membina keluarga, kami tidak putus asa, melainkan selalu bangkit dengan harapan dan semangat baru.

Kasihanilah Tuhan, kasihanilah kami.
Allah, ampunilah kami, orang berdosa.

Jenazah-Nya dimakamkan
Rebah dalam penantian
Menyongsong kemuliaan

PENUTUP

Marilah kita dengan perlahan dan penuh penghayatan mengucapkan DOA TOBAT:

Allah yang Maharahim,
aku menyesal atas dosa-dosaku,
sebab patut aku Engkau hukum,
terutama sebab aku telah menghina Engkau,
yang Mahamurah dan Mahabaik bagiku.
Aku benci akan segala dosaku,
dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu
hendak memperbaiki hidupku
dan tidak akan berbuat dosa lagi.
Allah, ampunilah aku, orang berdosa. 

Perhentian 13


YESUS DITURUNKAN DARI SALIB

Kami menyembah sujud kepada-Mu, Kristus, serta memuji Engkau. 
Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.

Saat itu....

Ketika seorang serdadu melihat bahwa Yesus sudah mati, ia menikam lambung-Nya dengan tombak. Yusuf dari Arimatea pergi menghadap Pilatus dan meminta jenazah Yesus untuk dimakamkan. Kebanyakan mayat penjahat dibiarkan tergantung di salib dan dimakan oleh binatang buas serta burung-burung pemakan bangkai. Jenazah Yesus diturunkan dari salib dan dengan hormat diletakkan di pangkuan ibu-Nya. Semua perlakuan terhadap Yesus disaksikan oleh Maria. Maria membisu menahan keperihan hatinya. Kasihnya kepada Puteranya tidak luntur sedikit pun. 

Saat ini....

“Dalam untung maupun malang, kelimpahan maupun kekurangan, sakit atau sehat,..” Kembali janji mulia ini digemakan. Terkadang cinta membuat kita menangis. Engkau merasa sakit karena perhatianmu sangat mendalam, karena kau telah menanamkan segalanya, dan kau tahu betapa banyak yang kaukorbankan. Rasa sakit karena mencintai juga muncul saat kau tidak merasa intim, saat kau melukai satu sama lain, saat terpisah atau sekedar tidak merasa dekat saja. Itulah harga yang harus dibayar dalam mencinta, dan kita membayarnya sekaligus dengan rasa sakit dan kesenangan yang kita alami dalam hidup perkawinan. Mari kita menjadikan janji mulia sebagai langkah besar menuju kesetiaan, yang hanya dapat diuji oleh waktu.

Doa:

Tuhan Yesus, Bunda Maria memperoleh seluruh ketenangannya dari kepercayaan dan penyerahannya kepada Allah Bapa. Jadikanlah hati kami seperti hati kudus Bunda Maria, agar kami pun dapat menyerahkan hidup kami ke tangan Bapa, meskipun kekecewaan dan kesusahan terus melanda. Tabahkanlah hati kami supaya tidak bersungut-sungut dan menggerutu atas segala kepahitan hidup ini. Kami yakin, Engkau pun tidak akan membiarkan kami dilanda kesulitan yang melampaui kekuatan kami.

Kasihanilah Tuhan, kasihanilah kami. 
Allah, ampunilah kami, orang berdosa.

Salib tanda penghinaan
Jadi lambang kemenangan
Lantaran wafat Yesus


Perhentian 12


YESUS WAFAT DI SALIB

Kami menyembah sujud kepada-Mu, Kristus, serta memuji Engkau. 
Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia. 

Saat itu....

Setelah tiga jam bergulat dengan maut di atas salib, Yesus berseru kepada Bapa: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku! Ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat!” Kepala-Nya terkulai, tanda penyerahan diri total kepada Bapa. Bagi pikiran manusiawi, peristiwa ini merupakan tragedi yang memilukan; akhir dari perjalanan yang sia-sia. Namun bagi insan-insan beriman dan berpengharapan, akan tiba saatnya di mana rahasia dibuka, di mana makna terdalam pengalaman derita diwahyukan. 

Saat ini....

“Kepasrahan”. Jangan lupakan hal ini. Setelah sekian tahun hidup perkawinan, kita akan memasuki tahap kekeringan hidup yang sesungguhnya merupakan cara Tuhan untuk membimbing kita ke tingkat mutu hidup yang lebih tinggi. Di sini terjadi perlucutan daya rasa inderawi. Kita sering merasa hidup kita tidak seindah yang dulu lagi. Tuhan mau kita masuk ke tahap di mana kita menghidupi cinta yang mengatasi segala perasaan dan kata-kata. Pasrahkan diri kepada bimbingan Tuhan. Akan tiba saatnya kita melihat makna dari aneka pengalaman derita. 

Doa:

Tuhan Yesus Kristus, bila kami sampai pada titik di mana rasanya tak mampu bangkit lagi dari kejatuhan, ingatkanlah kami akan kepasrahan total-Mu. Semoga kekuatan salib-Mu senantiasa menopang langkah kami untuk tetap berpegang pada tangan Bapa yang tak mungkin membiarkan kami berjalan di jalan sesat. Kiranya teladan-Mu menumbuhkan dalam hati kami iman seorang anak yang mempercayakan diri pada bimbingan Bapanya.

Kasihanilah Tuhan, kasihanilah kami.
Allah, ampunilah kami, orang berdosa.

Benih yang mati hasilkan
Buah yang berkelimpahan
Wafat-Mu sumber hidup

Perhentian 11



YESUS DIPAKU DI KAYU SALIB

Kami menyembah sujud kepada-Mu, Kristus, serta memuji Engkau. Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
Saat itu....

Tibalah kini saat yang paling mengerikan. Paku-paku panjang ditancapkan secara bengis untuk menggantungkan tangan dan kaki Yesus pada salib. Kemudian salib ditegakkan, berdiri di puncak Golgota. Setiap gerakan yang dibuat karena letih dan panas memaksa Yesus merintih menahan perihnya luka yang tersobek. Seiring dengan tarikan nafas kelelahan, denyut nadi mengalirkan darah segar dan kental yang bercampur keringat dan debu. 

Saat ini...

Penyaliban adalah tanda penghinaan dan hukuman yang paling kejam. Tetapi Yesus mengubahnya menjadi lambang kemenangan! Maka dengan bangga kita mengenakan tanda salib dan memasangnya di dinding rumah. Tetapi tidak jarang salib di rumah kita kembali menjadi tempat penyiksaan. Sebab Yesus yang tersalib itu harus menyaksikan dosa-dosa kita, percekcokan dalam keluarga, kemalasan, kesombongan, kekerasan, dan penindasan. Kapankah kita sungguh dapat menghargai salib sebagai lambang kedamaian dan tanda kemenangan??

Doa:

Tuhan Yesus, kami malu sebab salib di dinding rumah kami sering hanya menjadi hiasan dan pajangan belaka. Kami mohon sadarkanlah agar kami memandang salib itu sebagai tanda kemenangan; tanda bahwa Engkau menyertai keluarga kami; tanda kelimpahan rahmat-Mu yang mengarahkan kami untuk menjadi keluarga kudus.

Kasihanilah Tuhan, kasihani kami.
Allah, ampunilah kami, orang berdosa.

Dari salib-Mu Kaulihat
Tak terbilang yang menghujat
Berapakah yang setia.

Tuesday, March 24, 2009

Tuhan Terima Kita Apa Adanya


Seorang sahabat bertanya: “Kenapa Anda suka memikirkan hal-hal yang orang hindari untuk memikirkannya? Ineransi Alkitab, Anak-anak Maria, Kebangkitan, dan berbagai pikiran provokatif lainnya. Itu samadengan membangunkan macan yang tidur. Apa tidak ada bahasan lain yang lebih pasti membangun iman?” Pertanyaan ini membuat saya terkesima sambil menggosok janggutku yang tumbuh jarang dan tidak rata. Sahabat yang setia memberikan feedback untuk hampir setiap tulisanku itu ada benarnya. What is going on with you, Lianto? Jangan-jangan saya lebih percaya pada akal budi daripada Tuhan yang diimani. Jika itu yang terjadi, marahkah Tuhan padaku? Tersinggungkah Dia jika sekali-sekali saya mempertanyakan dan meragukan-Nya. Dulu, segala sesuatu diterima tanpa dicerna; percaya saja apa yang diajarkan guru agama. Apakah Tuhan lebih senang karenanya? Akh, peduli amat. Saya tidak pernah mengatur diri untuk seperti dulu atau sekarang. Semuanya terjadi begitu saja. Itulah ke-ada-an perjalanan imanku dari waktu ke waktu. 

Saya yakin, Dia tidak marah. Bahkan jika suatu hari saya akan pernah tidak mempercayai-Nya. Dia menyayangiku dan Anda semua apa adanya (kita). Jika ini salah, adalah salah-Nya juga kenapa memanjakanku. Dia tidak butuh pujian atau pengakuanku. Dia menyelami isi hati dan pikiranku lebih daripada yang dapat saya ketahui. Saya tidak dapat menyembunyikan apa pun bagi-Nya. Entah saya sedang percaya, ragu, atau tidak mempercayai-Nya. 

Saya ini orang keras kepala. Jika Dia marah atau tersinggung, mungkin saya akan lebih tidak mempercayai-Nya. Dia yang marah dan tersinggung pasti bukan Tuhan yang sebenarnya. Kendati buku-buku suci menggambarkan-Nya sebagai Allah yang senang dipuji, dimuliakan, bahkan Allah yang cemburu. I don’t think so!! Biarlah teman-teman yang berpikiran demikian menjalin relasi dengan Tuhan melalui pujian dan pemuliaan. Saya punya cara unik yang sesuai dengan ada-ku. Hebatnya, Dia bisa menerima semuanya, baik orang-orang yang kaya pujian maupun yang to the point seperti saya. Tuhan terlalu baik untuk bisa tersinggung, apalagi marah. Ini salah satu hal yang membuat saya suka dan salut pada-Nya.

Tuhan memberiku akal budi untuk mengenal-Nya dan hati untuk merasakan-Nya. Saya tidak tahu di mana ujung tali kembara pikiran ini akan tertambat. Satu hal yang pasti, Dia menyayangiku apa adanya, terlepas dari apa yang kupikirkan, kukatakan, dan kutuliskan. “Ayolah Tuhan, katakan sesuatu. Koq dari tadi hanya senyum-senyum melulu?”

L. Lianto


Sunday, March 22, 2009

Perhentian 10


PAKAIAN YESUS DITANGGALKAN

Kami menyembah sujud kepada-Mu, Kristus, serta memuji Engkau. 
Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.

Saat itu....

Di hadapan banyak orang yang menonton suatu penghukuman, Yesus ditelanjangi dengan kasar. Padahal pakaian-Nya sudah lengket pada luka-Nya yang mulai mengering. Pelucutan itu menyebabkan luka yang kering berdarah lagi. Pakaian-Nya direnggut dan dibagi-bagikan di antara para prajurit. Hanya tinggal selembar kain penutup aurat dan mahkota duri yang menghiasi diri-Nya.

Saat ini....

Kejadian serupa terjadi pula dalam bahtera perkawinan. Ketika topeng-topeng kepribadian terlepas alamiah, kita anggap sebagai dinamika. Namun ketika dilucuti dengan paksa, kita terluka. Ia bagaikan pakaian yang masih melekat di luka yang belum kering. Pelucutan paksa menyebabkan luka berdarah lagi. “Kau egois, mau menang sendiri dalam segala hal. Mengapa kau tidak berubah?” Suami isteri saling tuduh, saling mengumpulkan kesalahan pasangan. Relasi dan komunikasi semakin jauh tak terjembatani. Ketika salah satu atau keduanya menemukan orang di luar bahtera yang enak bicara dan pengertian, lampu merah menyala. Padahal, bila orang yang enak bicara dan pengertian itu masuk dalam bahtera perkawinannya, bukankah dia juga akan mengalami hal yang sama? Apakah dia tetap akan menjadi orang yang pengertian dan enak bicara? 

Doa:

Tuhan Yesus, kami pun tidak luput dari kejahatan para serdadu Romawi yang menelanjangi-Mu. Kerap kami terlalu mementingkan diri sendiri sehingga martabat dan harga diri pasangan dikorbankan. Bantulah kami untuk menyadari kekurangan ini dan berusaha memperbaikinya. Semoga karena rahmat-Mu, kami masing-masing tidak mencari kebahagiaan semu di luar bahtera, melainkan lebih membuka diri terhadap pasangan untuk memperbaiki relasi dan komunikasi yang lebih bermutu di antara kami.

Kasihanilah Tuhan, kasihanilah kami.
Allah, ampunilah kami, orang berdosa.

Pakaian-Mu dibagikan
Jubah utuh diundikan
Martabat-Mu dihina



Perhentian 9


YESUS JATUH KETIGA KALINYA DI BAWAH SALIB

Kami menyembah sujud kepada-Mu, Kristus, serta memuji Engkau. 
Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.

Saat itu....

Tempat penyaliban sudah tampak. Namun karena letihnya badan dan jalan yang semakin menanjak, Yesus jatuh lagi. Ia tersungkur tak berdaya di atas batu-batu tajam. Darah segar dari luka-luka-Nya kembali mengucur membasahi batu dan debu jalanan. Yesus tetap pada ketaatan¬Nya; mati di salib.

Saat ini....

Dalam hidup perkawinan, salib berat yang membuat kita jatuh berulang-ulang adalah kekecewaan. Kita masuk ke dalam bahtera perkawinan dengan pelbagai khayalan dan mimpi indah. Seiring berlalunya waktu, topeng-topeng kepribadian semasa pacaran terlepas dari wajah kita berdua. Itulah kenyataan yang pasti dan seharusnya terjadi. Berhadapan dengan itu, kita merasa pasangan kita sudah berubah; dia tidak seperti yang dulu lagi. Kita kecewa dan berusaha mengubahnya, tapi tidak bisa. Sebenarnya justru inilah saat kita menapaki hidup perkawinan YANG SESUNGGUHNYA. Inilah saat kita hidup menginjak tanah, bukan lagi melayang di awan mimpi. Kita ditantang untuk berani mencintai pasangan kita apa adanya. Seturut teladan Yesus, bangun lagi! Jadikan kekecewaan ini kebebasan akan kelekatan dari mimpi dan khayalan yang tak nyata. Jadikan kekecewaan ini sebagai jalan bagi cinta yang lebih tegar, yang dilandasi dengan pengenalan diri satu sama lain apa adanya.

Doa:

Tuhan Yesus, kami mendoakan semua keluarga yang putus asa dan kehilangan pegangan dalam membina kerukunan hidup bersama. Tabahkanlah hati mereka jangan sampai hanyut oleh penderitaan dan kegagalan. Bimbing dan semangatilah mereka supaya tetap berhati luhur, sabar dan tekun bangkit lagi untuk membimbing keluarga menjadi persekutuan kudus seperti yang Engkau kehendaki.

Kasihanilah Tuhan, kasihanilah kami. 
Allah, ampunilah kami, orang berdosa.

Bila hatiku gelisah
Karna dosa atau susah
Ulurkanlah tangan-Mu.



Perhentian 8


YESUS MENASIHATI WANITA-WANITA YANG MENANGIS

Kami menyembah sujud kepada-Mu, Kristus, serta memuji Engkau.
Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.

Saat itu.....

Sejumlah wanita Yerusalem yang mengikuti jalan salib Yesus menangis melihat penderitaan-Nya. Dalam keadaan badan yang payah, Yesus menyempatkan diri untuk menasihati mereka. “Jangan tangisi Aku, tangisilah dirimu dan anak-anakmu." Yang perlu ditangisi adalah orang yang menghambat terwujudnya Kerajaan Allah dan yang menghukum mati Yesus demi kepentingan pribadi.

Saat ini.....

Tidak jarang kita terlalu sibuk dengan hal-hal sia-sia. Kita tidak peka untuk membedakan mana yang lebih penting dalam hidup ini. Sering kita terlalu larut dalam kerja atau mencari kegiatan sosial maupun keagamaan di luar rumah. Sebenarnya hobi, kerja, atau kegiatan sosial-keagamaan adalah aktivitas yang baik. Namun bila hal-hal itu dilakukan sebagai pelarian dari relasi perkawinan yang sedang bermasalah, justru akan menciptakan benteng antara kita dengan isteri atau suami kita. Teguran Yesus kepada wanita-wanita Yerusalem menunjukkan kepada mereka, hal terpenting yang hendaknya mereka prioritaskan.

Doa:

Tuhan Yesus Kristus, nasihat-Mu sungguh menyentuh hati kami. Sertailah kami dalam membimbing anak-anak yang Engkau percayakan kepada kami. Ajari kami untuk mencintai dan menghormati suami atau isteri yang Engkau kirim untuk menjadi pasangan hidup kami. Semoga cinta kasih sejati semakin mewarnai kehidupan rumah tangga kami. Dampingilah perjalanan pendidikan putera-puteri yang Engkau titipkan kepada kami, supaya mereka menjadi orang yang berguna bagi Gereja dan bangsa.

Kasihanilah Tuhan, kasihanilah kami.
Allah, ampunilah kami, orang berdosa.

Tobatkanlah jiwa kami
Arahkaniah sikap hati
Pada cinta sejati



Perhentian 7


YESUS JATUH KEDUA KALINYA DI BAWAH SALIB

Kami menyembah sujud kepada-Mu, Kristus, serta memuji Engkau. 
Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.

Saat itu....

Yesus semakin letih. Luka-luka dari cambuk algojo terasa ngilu sampai ke tulang. Jalan pun semakin menanjak. Yesus berusaha sekuat tenaga menyeret langkah, namun Ia terantuk, sempoyongan, dan jatuh lagi. Para serdadu dengan kasar menarik Dia supaya bangun lagi. Yesus sadar, salib adalah konsekuensi dari kesetiaan-Nya kepada kehendak Bapa. Kesadaran ini menguatkan Dia kembali untuk meneruskan perjalanan.

Saat ini......

Beban hidup yang hampir tak tertahankan memang sering membuat kita putus asa, kehilangan semangat, dan tidak mau berusaha untuk bangkit kembali. Banyak pasangan yang perkawinannya tampaknya telah mati, memutuskan untuk berjuang mempertahankan keutuhan. Dan dalam proses perjuangan itu, mereka menemukan kembali cinta yang sebelumnya mereka anggap telah lenyap untuk selamanya. Pengalaman jatuh-bangun Yesus mengajarkan kita bahwa panggilan hidup dalam bahtera perkawinan kristiani juga suatu proses berliku-liku menuju kesempurnaan. Proses itu tidak jarang menuntut tangis dan linangan air mata. Bersediakah kita bangun kembali bila jatuh di bawah beban hidup yang berat?

Doa:

Tuhan Yesus, sering kami mengalami kesulitan-kesulitan dalam hidup perkawinan. Kadang-kadang terasa berat sekali untuk memulihkannya. Ingatan akan kesalahan pasangan kami menjadi luka baru di atas luka lama yang belum pulih. Kesombongan membuat kami enggan mengalah dan meminta maaf satu dengan yang lain. Timbulkanlah dalam hati kami kemauan untuk selalu mawas diri dan mengambil langkah-langkah perbaikan. Bantulah kami untuk menghayati bahwa pasangan hidup kami adalah anugerah-Mu yang berharga untuk kami.

Kasihanilah Tuhan, kasihanilah kami.
Allah, ampunilah kami, orang berdosa.

Bilamana kami lemah
Jatuh tercampak di tanah
Tegakkan kami lagi.






Perhentian 6


VERONIKA MENGUSAPI WAJAH YESUS

Kami menyembah sujud kepada-Mu, Kristus, serta memuji Engkau. 
Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.

Saat itu....

Keringat dan darah terus mengucur dari kepala dan wajah Yesus. Debu jalan mengaburkan penglihatan-Nya. Sementara tangan-Nya sendiri diikat, lemas tak berdaya. Di antara orang banyak yang mengikuti jalan salib Yesus, ada seorang wanita bernama Veronika. Tanpa merasa takut dicap sebagai sahabat orang terhukum dan terkutuk, Veronika maju mendekati Yesus dan menyeka wajah-Nya yang berlumuran darah. Wajah sengsara yang bersimbah darah itu terlukis pada saputangan Veronika secara mengagumkan.

Saat ini....

Setelah sekian tahun hidup berkeluarga, perhatian dan cinta bisa menjadi hambar. Sapaan dan teguran kasih dirasa tidak perlu lagi. Segala sesuatu dirasa biasa, hilang maknanya. Dalam situasi seperti ini, tidak mengherankan bila hidup dialami sebagai salib yang amat berat. Mengapa kita tidak menjadi Veronika yang baru dalam perkawinan kita? Sapaan kasih, untaian senyum, dan perhatian kita, meskipun sederhana, namun amat bermakna bagi suami atau isteri kita yang sedang dilanda nestapa. Perkawinan adalah titik start untuk saling membahagiakan, bukan kontrak instan tanpa usaha dari kedua belah pihak. Bahkan jika perkawinan dilangsungkan di surga, orang harus tetap bertanggung jawab atas pemeliharaannya. 

Doa:

Tuhan Yesus Kristus, ajarilah kami bahasa cinta sejati. Bukalah hati kami supaya peka terhadap kebutuhan pasangan. Bangkitkanlah semangat kami untuk memelihara hidup perkawinan kami hari demi hari. Bimbing kami untuk membaktikan hidup pada-Mu dengan pelayanan saling mengabdi dalam hidup perkawinan kami. 

Kasihanilah Tuhan, kasihanilah kami.
Allah, ampunilah kami, orang berdosa.

Cinta bakti pada Tuhan
Hanya dapat dibuktikan
Dengan saling mengabdi



Perhentian 5


YESUS DITOLONG SIMON DARI KIRENE

Kami menyembah sujud kepada-Mu, Kristus, serta memuji Engkau. 
Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.

Saat itu.....

Yesus hampir pingsan, langkah-langkah-Nya semakin goyah, sementara perjalanan masih teramat panjang. Para serdadu khawatir Yesus tidak akan bertahan sampai di tempat penyaliban. Maka mereka memaksa seorang petani bernama Simon dari Kirene untuk memikul salib Yesus. Dengan bantuan ini, Simon telah menunjukkan kesetiakawanannya dengan Yesus yang menderita. 

Saat ini.....

Ada kalanya, Cupid memang stupid. Ia menusukkan panah erosnya pada hati dan waktu yang tidak tepat. Yakinlah bahwa pasangan kita juga tidak menghendakinya. Perkawinan seumpama sebuah perahu kecil dalam perjalanan laut yang jauh. Jika penumpang yang satu menggoncangkan perahu, penumpang yang lain harus menjaga kestabilannya. Bila tidak, mereka akan karam bersama-sama. Tidak tertutup kemungkinan, suatu saat kita pun akan jatuh entah dalam kelemahan apa. Tidak ada salahnya kita menjadi Simon Kirene, ikut meringankan beban salib pasangan kita. Akan datang saatnya kita mendapat hikmahnya. 

Doa:

Tuhan Yesus, badai dan taufan tunduk padaMu. Ajarilah kami untuk senantiasa menyadari kehadiranMu dalam perahu perkawinan kami. Dengan hanya mengandalkan kekuatan manusiawi, kami tak sanggup mengarungi samudera hidup yang penuh gelombang dahsyat ini. Tapi bersamaMu, kami yakin, kami akan melewatinya.

Kasihanilah Tuhan, kasihanilah kami.
Allah, ampunilah kami, orang berdosa.

Cinta bakti pada Tuhan
Hanya dapat dibuktikan
Dengan saling mengabdi



Perhentian 4


YESUS BERJUMPA DENGAN IBU-NYA

Kami menyembah sujud kepada-Mu, Kristus, serta memuji Engkau. 
Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia. 

Saat itu.....

Sebagai seorang ibu, Maria tak mau membiarkan Putera-Nya sendirian dalam sengsara. Maria muncul pada saat yang tepat. Mereka sejenak beradu pandang. Tidak ada kata yang terucap, tapi Maria turut merasakan hebatnya penderitaan Putera-Nya. Bagi Yesus, pertemuan ini bagaikan seteguk air penawar dahaga dan penambah kekuatan.

Saat ini....

Penderitaan Yesus di jalan salib adalah karena dosa manusia. Dalam hidup perkawinan, salib yang harus kita pikul adalah karena kelemahan pribadi kita. Kita insan lemah yang hidup di dunia yang tak sempurna. Ketika suami atau isteri jatuh dalam ketidaksetiaan komitmen, apa yang kita lakukan untuknya? Apakah kita juga memberikan seteguk air penawar dahaga seperti yang diberikan Bunda Maria? Ataukah kita justru menambah beban salibnya dengan aneka interogasi, prasangka dan tuduhan, beberan detil-detil kelakuan yang menyakitkan, atau ancaman bahwa kita juga dapat melakukan hal yang sama dengan “menjatuhkan diri” dalam ketidaksetiaan?

Doa:

Bunda Maria, Bunda yang berbelas kasih, bimbinglah perjalanan kebersamaan kami dalam perkawinan, agar setiap saat kami tetap ingat akan komitmen dan janji kami di hadapan Tuhan; “setia dalam untung dan malang, hingga ajal tiba.” Sungguh, ini janji dan komitmen yang indah namun tidak mudah. Berkatilah kami agar kami tetap tabah ketika badai mulai menerpa, dan genggamlah tangan kami untuk bersama melewatinya. 

Kasihanilah Tuhan, kasihanilah kami. 
Allah, ampunilah kami, orang berdosa.


Maria selalu setia
Pada Sang Kristus Puteranya
Dalam suka dan duka



Perhentian 3


YESUS JATUH PERTAMA KALI DI BAWAH SALIB

Kami menyembah sujud kepada-Mu, Kristus, serta memuji Engkau.
Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.

Saat itu...

Semalam suntuk Yesus harus berdiri, disiksa, dan dimaki di muka Pilatus dan imam-imam agung. Salib yang dipikul-Nya juga sangat berat. Kekuatan-Nya terperas. Maka tak bisa dihindari, Yesus jatuh tersungkur pada batu-batu tajam di jalan menuju Golgota. Namun Ia sadar akan tugas dan panggilan-Nya; Ia datang untuk menebus dosa manusia. Maka Ia bangkit lagi dan terus berjalan lagi. 

Saat ini...

Kejatuhan Yesus memperlihatkan kepada kita bahwa kelemahan diri dan kegagalan kecil adalah pengalaman yang lumrah. Permintaan maaf adalah sebuah langkah besar pertama. Tetapi jika permintaan maaf itu suatu cara untuk menghindari keributan, itu hanya akan menimbulkan kelegaan sementara. Semakin sering pasangan kita mendengar penyesalan tanpa melihat adanya perubahan, semakin besar kemungkinan dia tidak akan mempercayai kita. Bila kita jatuh, kita harus menunjukkan kepada pasangan kita bahwa kita mau bangkit lagi, dan serius dalam membuat perubahan.

Doa:

Tuhan Yesus, semangatilah kami bila kami tersandung jatuh karena duka derita, agar kami tetap tabah untuk bangun kembali meneruskan perjalanan ziarah yang penuh tantangan ini. Ajarilah kami untuk saling menanggung beban hidup sebagai putera-puteri-Mu.

Kasihanilah Tuhan, kasihanilah kami.
Allah, ampunilah kami, orang berdosa.


Sri Yesus tolonglah kami
Bila kami jatuh lagi
Tertindih salib berat



Perhentian 2


YESUS MEMANGGUL SALIB


Kami menyembah sujud kepada-Mu, Kristus, serta memuji Engkau.
Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.

Saat itu....

Pilatus berkata kepada orang-orang Yahudi: “Haruskah aku menyalibkan Rajamu?” Imam-imam kepala menjawab: “Kami tidak mempunyai raja selain Kaisar!” Lalu Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Sambil memanggul salib-Nya, Yesus pergi ke luar kota ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. Yesus menerima keputusan Pilatus dengan rela hati. Kerelaan Yesus untuk menderita dan berkorban sungguh pantas diteladan. Dia tidak bersalah sedikit pun, tapi rela mengorbankan nyawa.Yesus menjadi korban orang yang mementingkan gengsi dan status pribadi.

Saat ini.....

Sampai sekarang kejadian serupa terjadi juga dalam lingkungan kita. Suami atau isteri harus bersikap sesuai dengan keinginan pasangannya. Setiap orang memiliki kecenderungan kepribadian yang terkadang dirasa amat melekat dan sulit dikendalikan. Kita gampang marah tanpa alasan yang jelas, berprasangka, mau menang sendiri, tak dapat mendengarkan kritik yang membangun, dan sebagainya. Itu salib diri yang harus kita pikul. Bila kita sendiri tak mampu mengubah diri, atas dasar apa kita ingin mengubah diri pasangan kita seperti yang kita inginkan?

Doa: 

Tuhan Yesus, Engkau telah bersabda, "Barangsiapa ingin menjadi murid¬-Ku, harus memikul salib dan mengikuti Aku." Betapa sering kami melarikan diri dan mengalihkan salib kelemahan diri kami dengan mencari kesalahan isteri atau suami yang Engkau kirim untuk menjadi pendamping hidup kami. Ajarilah kami untuk jujur dan berani memikul salib kecil hidup kami untuk turut meringankan salib berat dunia yang Kau pikul dengan rela. Semoga teladan kesetiaan-Mu mendorong kami untuk bersama menciptakan hari esok yang lebih baik dari hari ini dalam hidup perkawinan kami. 

Kasihanilah, Tuhan, kasihanilah kami.
Allah, ampunilah kami, orang berdosa.


Salib berat dipanggul-Nya
Agar kita ikuti-Nya
Memikul salib kita



JALAN SALIB Setia dalam Untung dan Malang Hingga Ajal Tiba


TANDA SALIB

PEMBUKAAN 

Perkawinan bukanlah seperti menyatukan dua pulau yang berbeda menjadi satu, melainkan dua pulau yang berbeda disatukan dengan aliran air yang sama. Aliran air itu adalah cinta. Di sinilah letak keindahan sekaligus kerumitan hidup bersama dalam perkawinan. Kebahagiaan yang dijanjikan bukanlah pemberian sekali jadi, melainkan hal yang harus diperjuangkan dan dibarui hari demi hari. Dalam perjalanan meraih kebahagiaan, suka-duka datang silih berganti. Jalan cinta (via amoris) dan jalan derita (via dolorosa) bagaikan dua sisi dari uang logam yang satu dan sama. Cinta membutuhkan pengorbanan. Selalu ada malam gelap sebelum terbit fajar terang. Pada kesempatan yang berharga ini, mari kita membuka diri untuk merenungkan dan menghayati kesetiaan Tuhan Yesus dalam melewati jalan salib panggilan-Nya. Moga-moga teladan Yesus menjadi inspirasi bagi pasangan suami-isteri untuk tetap setia dalam untung dan malang. Mari kita hening sejenak untuk membuka diri terhadap bisikan Roh Tuhan.

DOA PEMBUKAAN

Tuhan Yesus Kristus, Engkau menunjukkan kepada kami jalan kepada kemuliaan melalui penderitaan salib. Pada kesempatan ini kami berkumpul untuk merenungkan peristiwa sengsara-Mu dan mendengarkan pesan-pesan-Mu, mulai dari istana Pilatus sampai ke Bukit Golgota. Terangilah hati kami dengan cahaya Roh Kudus, agar di dalam permenungan ini kami terbantu untuk semakin mampu berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan iman seorang pengikut Kristus dalam hidup berumah tangga. Sebab Engkaulah Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.

Marilah kita renungkan
Yesus yang menjadi korban
karena cinta kasih-Nya


PERHENTIAN I

YESUS DIJATUHI HUKUMAN MATI
Kami menyembah sujud kepada-Mu, Kristus, serta memuji Engkau. 
Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.

Saat itu.....

Iri hati dan kecemburuan sosial telah membutakan mata hati orang-orang Yahudi yang melihat kehadiran Yesus sebagai ancaman keamanan bagi kelangsungan status hidup mereka. Dengan menghalalkan segala cara, mereka menyeret Yesus untuk diadili dan dijatuhi hukuman mati tanpa mempedulikan sedikit pun rasa keadilan. Pokoknya, Yesus harus disingkirkan, apa pun caranya. Kesenangan dan kepentingan politik pribadi dari Pilatus dan imam-imam Yahudi membentuk suatu konspirasi untuk sesegera mungkin melenyapkan Yesus dari muka bumi. Yesus menerima putusan berat sebelah ini dengan pasrah. Ia tahu, Allah Bapa akan membuat segalanya indah pada saatnya.

Saat ini....

Salah satu perasaan negatif yang paling kuat dalam hubungan suami isteri adalah CEMBURU. Perasaan ini sangat manusiawi. Pria maupun wanita tidak luput darinya. Namun tidak jarang bentuk pengungkapannya sangat tidak rasional sehingga mengganggu kualitas hubungan dalam hidup bersama. Rasa cemburu yang destruktif menciptakan aneka imaginasi liar yang jauh dari kenyataan. Sejarah pengadilan tak adil atas Yesus terulang. Kita menghakimi suami atau isteri kita dengan pelbagai prasangka, tuduhan, dan vonis yang tak dapat dibela dan diganggu gugat. Mengapa setitik debu di mata pasangan kita amat kelihatan, sementara balok di depan mata tidak kita lihat??

Doa:
Tuhan Yesus, maafkan kami. Karena kami sering menaruh prasangka yang membunuh cinta terhadap pasangan kami. Kami khilaf, sejenak lupa akan cinta kudus yang mempersatukan kami. Bila kami dilanda cemburu, tolonglah kami untuk mengungkapkannya dengan cara yang adil. Bila kami dicemburui, tabahkan hati dan sejukkan pikiran kami agar bijak mengelola rasa cemburu itu menjadi ungkapan cinta. Genggam tangan kami untuk berjalan bersama Engkau di jalan salib ini demi keutuhan perkawinan yang telah Engkau berkati. 

Kasihanilah, Tuhan, kasihanilah kami.

Allah, ampunilah kami, orang berdosa.

Sri Yesus Penebus kami

dijatuhi hukum mati

agar umat-Nya hidup

Devosi Jalan Salib



Devosi Jalan Salib merupakan wujud penghormatan terhadap derita dan wafat Yesus Kristus. Devosi ini berasal dari kebiasaan umat Kristen awal yang berkumpul di Bukit Zaitun pada hari Kamis menjelang Paskah untuk mengenang sengsara dan wafat Yesus dengan cara menempuh perjalanan sengsara mulai dari Taman Getsemani sampai Golgota. 

Umumnya disepakati bahwa devosi ini dipopulerkan oleh para pengikut St. Fransiskus Assisi. Sejak abad ke-15, Jalan Salib dikenal secara umum dalam Gereja. Leonardo dari Porto Mauritio (seorang Fransiskan) secara rutin mengkhotbahkan kesalehan ini pada abad ke-18. Paus Clemens XII (1730-1740) memberikan aneka tuntunan dan menentukan ke-14 perhentian, sambil merenungkan peristiwa-peristiwa dalam Injil dan tradisi-tradisi awal. Devosi ini bisa dipraktekkan secara bersama atau pribadi.

Banyak orang merasa amat terbantu berkat devosi yang sudah lama dikenal umat ini. Permenungan akan sengsara dan korban Yesus membangkitkan kesadaran akan betapa besarnya cinta Tuhan kepada manusia. Melalui blog ini, saya mengajak Anda untuk merenungkan tiap perhentian perjalanan sengsara Yesus. Thema kali ini difokuskan pada hidup pasangan suami isteri. Permenungan di tiap perhentian akan diposting setiap hari mulai tanggal 28 Maret 2009; H-14 dari Jumat Agung. Moga-moga, upaya ini dapat membangkitkan bela-rasa terhadap sengsara, kurban, dan cinta Tuhan yang tak terkira.

Friday, March 13, 2009

Pikiran di Balik Tindakan Yudas Iskariot


Tak ayal lagi, Yudas Iskariot selalu digambarkan sebagai tokoh yang menjijikkan karena tindakan pengkhianatannya. Yudas adalah satu-satunya murid Yesus yang bukan orang Galilea. Sebutan Iskariot bisa jadi menunjukkan daerah asalnya Kerijot (Yudea Selatan). “Iskariot” dapat pula berarti Sikarius, golongan militan dari partai Zelot. Asal dan juga karakter yang berbeda membuat pribadi ini unik di antara kumpulan ke-12 murid Yesus. Tulisan ini tidak bermaksud untuk membela tindakan Yudas, melainkan hanya mencoba melihat dan menelisik pikiran yang mungkin mendasari tindakan Yudas dari perspektif yang lain. 


Yudas dididik untuk menjadi pahlawan yang peduli dengan kebebasan bangsanya. Ayahnya adalah pejuang yang melawan kelaliman penguasa Roma. Sebagaimana lumrahnya pemuda yang berasal dari keluarga pejuang, Yudas memiliki semangat yang menggelora dan memimpikan kemerdekaan bagi bangsa Israel yang telah lama menderita karena penjajahan bangsa Romawi. Selama 500 tahun, setiap demonstrasi yg dilakukan selalu diganjar dengan pembantaian. Ayahnya adalah salah satu di antara ratusan pejuang yang dihukum dengan penyaliban. Hal itu disaksikan sendiri oleh Yudas kecil. Bisa dibayangkan, betapa besar kebencian yang tertanam dan betapa tinggi semangat untuk membebaskan bangsanya dari cengkeraman penjajah. Di tengah semangat bergelora, Yudas mendengar tentang seorang pembaptis di sungai Yordan yang terpanggil untuk menyiapkan kedatangan Mesias, Sang Pembebas Israel.

Mendengar kotbah Yohanes, Yudas semakin yakin bahwa kedatangan Mesias sudah amat dekat. Sambil mencari Mesias yang dikotbahkan Yohanes, Yudas mendengar kabar burung tentang Yesus yang melakukan aneka mukjizat di Galilea. Setelah melihat dengan mata sendiri, Yudas yg awalnya tidak percaya, menjadi percaya. Namun kepercayaan Yudas disertai dengan suatu harapan akan kemerdekaan bangsa Israel tatkala Mesias ini datang untuk mendirikan kembali kerajaan Israel seraya menggulingkan penguasa Roma. 

Yudas, seorang yng bersedia meninggalkan keluarga utk memperjuangkan kemerdekaan bangsanya, rasanya tidak mungkin menjual seorang tokoh yang dilihatnya punya potensi besar utk mewujudkan cita-citanya dengan 30 keping perak. Ia telah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Yesus menyembuhkan orang kusta, menghidupkan orang mati, menyembuhkan si buta, dan berbagai karya besar yang luar biasa. Di matanya, Yesus pastilah Mesias yang dijanjikan utk memerdekakan bangsanya. Namun di tengah kekaguman terhadap kuasa dan potensi yang dimiliki Yesus, dari Kotbah di Bukit, Yudas melihat sepertinya misi yg dipikirkan Yesus tidak seperti yg dibayangkannya. Yudas membayangkan Mesias yang kuat kuasa dan revolusioner utk menggulingkan penjajah. Sementara dalam Kotbah di Bukit, Yesus mengajarkan keindahan dari mencintai musuh, penderitaan, dan kerendahaan hati. Lebih jauh, Yudas melihat sendiri bagaimana Yesus berbelas kasih dengan menyembuhkan anak perwira Romawi. Bahkan Yesus mengagungkan perwira tersebut sebagai pribadi hebat yang belum ada di antara orang Israel. Bagi Yudas, hal ini cukup mencemaskan. Musuh ditolong. Bagaimana Dia dapat diharapkan utk melibatkan diri dalam pergolakan kemerdekaan yg menuntut pertumpahan darah? Dalam bayangannya tentang Mesias yang membebaskan bangsa terjajah, cinta kasih yang diproklamasikan Yesus merupakan kelemahan. Tatanan kerajaan baru yang dipikirkan Yesus berbeda dengan tatanan kerajaan duniawi dan jasmani yang dipikirkan Yudas.

Konflik Yudas menciptakan frustrasi dalam dirinya. Setelah lama berkelana untuk menemukan Mesias yang akan memerdekakan bangsanya, kini, Yesus yang dianggapnya berpotensi untuk menggapai cita-cita malah terkesan tidak sedikit pun menaruh minat pada apa yang diidamkannya. Dalam kesemrawutan pikiran, Yudas menemukan ide “cemerlang”. Ia yakin, jika Yesus ditangkap, akan ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, pengikut Yesus yang telah mencapai ribuan orang akan melawan sehingga terjadilah pemberontakan yg dapat menggulingkan penguasa Romawi. Kedua, tekanan pada keselamatan diri dan para pengikut-Nya akan “memaksa” Yesus untuk mengeluarkan kuasa terhebat yang dimiliki-Nya. Kuasa yang tak dapat diragukan lagi setelah sekian banyak mukjizat yang dilakukan-Nya. Yudas yakin sekali, jika dua kemungkinan ini terjadi, maka penguasa Romawi akan berhasil digulingkan. 

Muskil rasanya jika Yudas mau menukar pribadi yang diagungkannya itu dengan 30 keping perak. Menjual Yesus sama dengan menggadaikan perjuangan dan pengorbanan Yudas sendiri dan ayahnya yang terbunuh secara kejam di kayu salib. Lagipula tidak satu pun petunjuk yang memperlihatkan adanya kesepakatan transaksi 30 keping perak untuk membayar “pengkhianatan” Yudas. Pembayaran yang dilakukan oleh imam kepala kepada Yudas setelah penyerahan Yesus merupakan tips yang wajib dan lumrah pada zaman itu jika seseorang dianggap telah memberikan layanan jasa yang dibutuhkan. Di zaman sekarang, hal itu mirip dengan tips yang harus diberikan aparat kepolisian untuk informasi yang diterima untuk mengungkap kasus kejahatan.

Setelah penyerahan, Yudas dilanda frustrasi yang lebih berat lagi. Yesus ternyata tidak melawan. Para pengikut-Nya pun lari terbirit-birit. Apa yang dapat diharapkan dari orang-orang bernyali kerdil seperti ini. Petrus, si “mulut besar” bahkan dengan pengecut menyangkal-Nya hingga 3 kali. Khalayak ramai lebih menginginkan pembebasan Barabas. Sepertinya ribuan orang yang mengikuti-Nya hanya menginginkan kuasa penyembuhan dan roti yang dapat Ia “gandakan” untuk memuaskan kelaparan perut mereka. Sungguh hal yang amat sangat mengecewakan. Di hari-hari itu, Yudas melihat betapa lemahnya Yesus, ditangkap, dihina, ditendang, disiksa, dan terpaku lunglai di kayu salib, sama seperti ayahnya dan ratusan orang yang selama ini telah menumpahkan darah demi pembebasan bangsanya. Bayaran 30 keping perak dihamburkannya ke hadapan imam agung karena memang bukan itu yang diinginkannya. Frustrasi dan kekecewaan yang mendalam ini menggiring Yudas hingga pada satu titik di mana dia tidak mampu lagi bertindak lain, kecuali membunuh diri. Yudas menggantungkan nyawanya bersama cita-cita besar yang diidamkannya sekian lama untuk perjuangan kemerdekaan.

Perspektif alternatif untuk menilai tindakan Yudas memungkinkan kita untuk lebih memahami mengapa ia menyerahkan junjungannya. Sekiranya kita berada dalam situasi, konteks, latar belakang pemikiran seperti Yudas, barangkali kita juga akan melakukan hal yang sama. Bukan tidak mungkin, Yudas, yang menurut pendapat umum merupakan tokoh hitam ini, ada di sekitar kita, bahkan dalam diri kita.

L. Lianto