Saturday, July 26, 2008

Tanda Salib: Tanda Kemenangan



Bagi sebagian umat Katolik, tanda salib maupun miniatur salib telah menjadi hal atau barang yang biasa. Kita sudah terbiasa melihat salib di menara gereja, pemakaman Kristen, di dinding rumah, atau sebagai simbol bendera sejumlah negara. Salib juga biasa menjadi hiasan kalung dengan aneka model yang indah. Saking lumrahnya, salib tidak jarang menjadi kurang bermakna. Sama seperti seruan kaget “Oh, my God” yang tak dimaksudkan untuk ditujukan kepada Tuhan, demikian pun tanda salib sering dipandang tanpa makna. Orang Protestan pernah bertanya: “Mengapa orang Katolik menggores-gores dahi, mulut, dan dada ketika mendengarkan bacaan Injil di gereja?” Pertanyaan ini menyiratkan ketergesa-gesaan umat Katolik tatkala membuat tanda salib di dahi, mulut, dan dada tatkala Injil dibacakan dalam perayaan misa. Bila kita sejenak melihat kembali makna terdalam di balik tanda salib, kiranya kita dapat selalu ingat untuk menghindari rutinitas tak bermakna.

Pemakaian salib atau tanda salib sebenarnya tidak ditemukan dalam kebiasaan jemaat Kristen abad-abad pertama. Pada waktu itu, momok yang ditimbulkan dari hukuman salib amat membekas dalam ingatan orang. Disalibkan berarti menjalani hukuman mati secara pelan-pelan, yang diperuntukkan bagi penjahat dan pemberontak politik.

Mulanya orang Kristen agak malu dan takut dengan tanda salib. Oleh sebab itu, mereka menyamarkannya dalam gambar-gambar lain, misalnya: jangkar, monogram “pax Christi” (huruf P dan x disatukan) atau lambang kehidupan dari kepercayaan Mesir kuno (huruf T dengan lingkaran di atas). Baru setelah kemenangan Kaisar Konstantin (312) dalam pertempuran, orang-orang Kristen mulai bangga memperlihatkan tanda salibnya. Konon kabarnya, pada malam sebelum pertempuran yang sangat menentukan, Kaisar Konstantin yang masih kafir mendapat penampakan dari Tuhan Yesus yang mengatakan padanya: “Dalam tanda ini, engkau akan menang” (IHS = in hoc signo vinces). Sesudah berhasil memenangkan pertempuran, Konstantin menjadi Kristen dan menjadikan agama Kristen sebagai agama negara. Dialah kaisar Romawi pertama yang memberi kebebasan penuh kepada Gereja dan memasang salib sebagai tanda resmi bendera kekaisaran. Penghormatan terhadap salib makin meningkat setelah St. Helena, Ibu Suri Kaisar Konstantin, menemukan kembali salib Yesus yang asli dalam suatu sumur di Yerusalem (320).

Sejak saat itu, berabad-abad lamanya sampai hari ini, salib dihormati sebagai lambang kemenangan Kristus atas kejahatan dan kematian. Dan kita orang Kristen percaya, bahwa berkat tanda salib itu, kita pun sanggup melawan kejahatan dalam diri sendiri maupun ketidakadilan dalam masyarakat. Dalam sakramen-sakramen Gereja, salib selalu dijunjung tinggi. Dengan tanda salib, Gereja membaptis orang menjadi anak Allah. Dengan tanda salib pula, para imam menyampaikan berkat. Tanda salib juga dipancangkan di atas kuburan Kristen dengan keyakinan: dalam tanda ini orang diselamatkan. Kita juga selalu memulai ibadat dengan tanda salib sebagai tanda bahwa kita adalah milik Kristus. Tanda salib menjadi semacam tanda pengenal orang Kristen. Dengan tanda ini, kita akan menang!

Lianto