Sunday, April 11, 2010

Siapa Bilang Maria Magdalena Pelacur?


Tidak tahu lagi, bermula dari alasan apa dan dari siapa, Maria Magdalena dalam Injil digambarkan sebagai seorang pelacur. Nyaris dalam tiap pembicaraan atau ulasan, bahkan kotbah di gereja, orang suka menambahkan embel-embel “pelacur” pada pribadi ini. Atribut itu telah menjadi pandangan umum entah sejak kapan hingga sekarang. Apa dasarnya? Kitab Suci bagian manakah yang mengatakannya? Sungguh disayangkan, sangkaan tak berdasar itu dikenakan kepada orang (perempuan) pertama yang membawa kabar tentang kebangkitan Yesus. Tulisan ini mencoba memulihkan nama baik Maria Magdalena.

Identifikasi yang tidak akurat atas Maria Magdalena disebabkan oleh sedemikian banyak nama Maria dalam Injil. Rupanya nama “Maria” di kalangan orang Yahudi adalah nama yang pasaran. Ada Maria, ibu Yesus. Figur ini tidak punya masalah terkait kasus kita. Ada Maria saudari Marta dan Lazarus yang muncul dalam Lukas dan Yohanes. Ada lagi Maria, ibu Yakobus (Mat 27:56), Maria isteri Klopas (Yoh 19:25), bahkan “Maria yang lain” (Mat 27:61; 28:1). Banyaknya pribadi bernama Maria dalam Injil terkadang membuyarkan pemilahan yang jelas dalam pikiran pembaca. Lebih jauh, beberapa karakter sejumlah perempuan lain juga dikenakan pada Maria Magdalena tanpa dasar yang kuat. Mari kita telusuri satu demi satu.

Injil (Mrk 16:9; Luk 8:2) memperkenalkan Maria Magdalena sebagai seorang perempuan yang darinya Yesus mengusir tujuh roh jahat. Dia merupakan salah satu dari rombongan perempuan yang setelah disembuhkan, mengikuti dan melayani Yesus dan para murid (Luk 8:1-3). Atribut itu silakan dipegang teguh. Maria Magdalena ini berbeda dari Maria, saudari Marta dan Lazarus, yang digambarkan dalam Lukas dan Yohanes. Lukas melukiskan Maria ini sebagai murid dengan sikap terpuji: duduk di dekat kaki Yesus dan mendengarkan ajaran-Nya. Sedangkan Yohanes mencatat bahwa Maria, saudari Marta ini, meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal, kemudian menyeka dengan rambutnya.

Kesalahan umum terbesar adalah menyamakan Maria Magdalena ini (yang disembuhkan Yesus dari kuasa tujuh roh jahat) dengan dua perempuan lain (tak ada catatan namanya) yang diceritakan dalam ketiga Injil Sinoptik dan Injil Yohanes.
Perempuan pertama diceritakan oleh ketiga Injil Sinoptik (Mat 26:6-13; Mrk 14:3-9; Luk 7:36-50) sebagai perempuan yang datang mendekati Yesus dengan membawa tempayan berisi minyak yang mahal ketika Yesus sedang makan di rumah seorang pemimpin Yahudi bernama Simon. Kalau kita baca ketiga perikop di atas, semuanya secara tersirat (implisit) melukiskan bahwa perempuan itu bukanlah orang yang termasuk rombongan yang selama ini selalu mengikuti dan melayani Yesus dan para murid. Misalnya Lukas 7:37 menulis: “Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia....” Jika perempuan ini adalah Maria Magdalena yang selama ini mengikuti Yesus, dia pasti tahu Yesus ada di mana dan tidak perlu “mendengar” dari orang lain. Jelas bahwa perempuan ini hanya “figuran” yang muncul sebentar lalu hilang.

Perempuan kedua diceritakan Injil Yohanes (8:3-11) sebagai perempuan yang diseret para ahli Taurat dan orang Farisi ke hadapan Yesus karena kedapatan berbuat zinah. Hal itu dilakukan untuk menjebak Yesus. Menurut hukum, perempuan itu harus dirajam. Yesus mempersilakan hadirin yang merasa diri tidak punya dosa untuk melemparkan batu pertama. Satu demi satu hadirin bubar, mulai dari yang tertua. Akhirnya Yesus berkata kepada perempuan itu, “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi”. Coba selidik, Injil tidak menyebut nama perempuan itu. Di mana dasar argumen yang mengidentikkan perempuan ini sebagai Maria Magdalena? Masih mendingan orang menyamakan perempuan yang kedapatan berzinah ini dengan perempuan yang meminyaki Yesus di rumah Simon, mengingat kedua-duanya tidak disebutkan nama dan sama-sama dianggap orang yang berdosa. Walaupun masih terbuka kemungkinan luas bahwa mereka adalah dua perempuan yang berbeda. Tetapi mengaitkan atau menyamakan mereka sebagai Maria Magdalena sama sekali tidak berdasar dan ngawur. Kesaksian Injil menyebut dengan jelas nama Maria Magdalena dalam tiap kejadian di mana dirinya terlibat. Jika kedua perempuan tersebut dimaksudkan sebagai Maria Magdalena, kiranya tidak ada alasan bagi para penginjil utk tidak menyebutkan namanya.

Lebih jauh lagi, berkaitan dengan atribut “pelacur”, Injil juga tidak menyebut hal itu. Perempuan yang berdosa dan atau yang kedapatan berbuat zinah tidak secara otomatis dapat diidentikkan sebagai pelacur. Saya curiga, atribut “pelacur” hanyalah imaginasi liar kaum lelaki yang membatasi dosa kaum perempuan hanya pada dosa seksual. Logika sesatnya, kalau perempuan berdosa, itu pasti dosa karena pelacuran. Kesalahan berlapis yang dilakukan orang selama ini ialah: salah menyamakan Maria Magdalena sebagai kedua perempuan berdosa itu dan lebih salah lagi: menyebutnya sebagai pelacur.

Hal inilah yang mau diklarifikasi melalui tulisan ini. Kasihan Maria Magdalena, selama berabad-abad, diulas dalam tulisan, film, diskusi, cerita lisan dan sebagainya selaku seorang pelacur yang bertobat. Stigma ini harus dihentikan, bukan karena ingin mengutuk tindak pelacuran, melainkan karena identifikasi itu sama sekali tidak punya dasar alkitabiah. Dengan demikian kita bisa membaca figur Maria Magdalena, salah satu tokoh sentral dalam Gereja Perdana ini dengan paradigma baru. Dialah yang setia mengikuti perjalanan Yesus dari Galilea hingga disalibkan di Yerusalem. Dia ada bersama Bunda Maria di bawah kaki salib Yesus. Dia juga yang setia menunggui kubur Yesus. Dialah yang pertama melihat Yesus yang bangkit dan mengabarkannya kepada para rasul. Dalam tradisi sesudahnya, bahkan Maria Magdalena disebut rasul (“yang diutus”) kepada para rasul.

Lianto