Thursday, December 29, 2011

Ucapan Yesus yang Mengagetkan dan Membingungkan (3)

“Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana” (Luk 9,60). Omong kosong apa ini? Hampir pasti, semua bangsa punya adat dan kewajiban menguburkan orangtuanya yang meninggal. Teristimewa dalam adat Timur Tengah, penguburan orang mati, bahkan orang asing sekalipun, merupakan tindakan yang terpuji. Bagaimana memahami nats yang tampaknya mustahil dan melawan adat ini?

Ucapan ini keluar ketika seorang simpatisan pengikut Yesus ditunjuk untuk bergabung menjadi murid dalam suatu perjalanan.  “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku”, jawab si calon murid. Menanggapi ini, keluarlah ucapan Yesus yang kedengarannya keras dan sulit itu.

Tema utama kisah ini ialah tuntutan pemuridan. Orang yang mau menjadi murid Yesus dituntut untuk memprioritaskan panggilan itu di atas kepentingan-kepentingan lainnya. Tapi ya,.. apa susahnya Yesus menunggu sehari saja dan membiarkan simpatisan itu menguburkan ayahnya? Penguburan orang Yahudi berlangsung tidak lama setelah kematian. Jadi jika ayahnya baru saja meninggal, tentu akan dikuburkan pada hari yang sama. Setelah itu, tentu dia bisa lebih bebas mengikuti Yesus tanpa didera rasa bersalah terhadap almarhum ayahnya.

Saya pikir begini. Jika ayah simpatisan itu meninggal pada hari itu, ia pasti sedang sibuk mengurus penguburan ayahnya. Tidak mungkin dia justru asyik bercengkerama dengan rombongan Yesus. Jadi, ucapan Yesus ditujukan bukan kepada orang yang baru saja ditinggal (mati) oleh ayah atau ibunya dan dengan demikian memikul kewajiban menguburkannya. Ia berbicara kepada orang yang ingin menjadi murid, tetapi mengajukan syarat: “Nantilah, setelah ayahku meninggal”. Atau, “Biarkan aku tinggal di rumah dan memenuhi tanggung jawab merawat orangtuaku dahulu, setelah mereka meninggal dan menguburkannya, aku baru mengikuti Yesus.” Untuk kondisi ini, Yesus berujar: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati.”

Jadi, Yesus ingin mengatakan ada hal yang lebih penting untuk diprioritaskan bagi orang-orang yang dipanggil menjadi murid. Seorang anak tentu wajib berbakti kepada orangtuanya. Namun untuk orang yang dipanggil, Kerajaan Allah harus diletakkan di atas kepentingan lainnya.