Thursday, December 29, 2011

Rambu Pernikahan 11

Ungkapan “jatuh cinta” dapat menjebak dan kurang bertanggung jawab. Kata “jatuh” terkesan seolah orang lumpuh dan tak berdaya karena terpanah oleh dewa asmara, atau seolah jatuh ke dalam suatu lubang tanpa dikehendaki. Padahal, jatuh cinta adalah pilihan yang aktif dan kreatif.

Kierkegaard melihat cinta sebagai tindak kehendak, ulah karsa, dan menyimpulkan cinta sebagai pilihan, bukan perasaan.

Terlebih dalam kasus orang “jatuh cinta” kepada PIL/WIL, aspek pilihan lebih menonjol, mengingat kita semua sedikit banyak masih diikat oleh norma masyarakat yang menyampaikan larangan. Pembelaan terbaik adalah bahwa itu semua terjadi di luar kehendak dan rencana, segalanya terjadi begitu saja.