Monday, June 29, 2009

Ucapan Yesus yang Mengagetkan dan Membingungkan (1)



Banyak orang mengalami kesulitan untuk menelaah sejumlah ucapan Yesus yang ditemukan dalam Injil. Sejumlah perkataan Yesus yang dibaca atau didengarkan di gereja sering terasa kasar, sulit dimengerti, dan membingungkan. “Biarlah orang mati menguburkan orang mati.” Apakah Yesus sedang bercanda? Bagaimana orang mati menguburkan orang mati? Di tempat lain, kita menemukan kata-kata hardikan yang keras (misalnya: “Hai kamu keturunan ular beludak”) atau yang membingungkan (misalnya: “Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang”). Kata-kata yang sulit itu terasa bertentangan dengan gambaran (entah dari mana asalnya) orang tentang Yesus yang sabar dan penuh cinta. Sebagian orang memilih tidak memikirkannya lebih jauh karena takut jangan-jangan ayat-ayat yang membingungkan itu bakal mengguncang gambaran indah tentang sosok Yesus. Ada pula yang menyembunyikan kebingungan dengan dalih status keterbatasan akal budi di hadapan Wahyu yang mengatasi rasionalita. Mereka lebih suka menampilkan “ayat-ayat cantik” yang menyejukkan seperti pedagang handphone memamerkan “nomor-nomor cantik” simcard yang dijual dengan harga khusus.

Rangkaian seri tulisan ini mau menampilkan ayat-ayat pelik itu yang ditelaah dari berbagai informasi sejumlah buku. Dengan menyimak konteks sejarah, budaya, dan kaidah bahasa, dicoba untuk memahami latar belakang ucapan-ucapan Yesus yang kerap dirasa sulit dimengerti. Dengan rendah hati harus dikatakan bahwa uraian ini tidak berharap banyak untuk menjadikan ayat-ayat sulit menjadi sangat mudah dimengerti. Ada dua kesulitan: yang pertama menyangkut kata-kata Yesus yang sulit dimengerti. Yang kedua menyangkut kata-kata yang terlalu mudah dimengerti. Dua-duanya sama-sama mempunyai kesulitan. Biasanya, jika kesulitan pertama diatasi, masalah muncul dalam bentuk kesulitan kedua. Mark Twain mengalami hal itu ketika mengatakan bahwa hal-hal dalam Alkitab yang menyulitkan dia bukanlah hal-hal yang tidak ia mengerti, melainkan hal-hal yang telah ia mengerti. Tulisan ini hanyalah usaha untuk mencoba mengembalikan (meletakkan) berbagai ucapan sulit Yesus ke tempat aslinya. Dengan demikian dapat diharapkan untuk mendapatkan pemahaman kebahasaan yang “sepadan secara dinamis”. Mengingat kaidah bahasa Yunani berbeda dengan bahasa kita, telaah linguistik diperlukan agar pengaruh terhadap kita dapat sama (tidak jauh beda) seperti pengaruh kata-kata Yesus terhadap pendengarNya di masa lalu di Galilea dan sekitarnya.

Lianto