Kiranya kita keliru kalau menetapkan pikiran bahwa kebahagiaan adalah soal rasa senang, terhibur, dan tersanjung.
"Happiness"
berakar pada kata Inggeris kuno “hap”, yang berarti “kesempatan” atau
“takdir”. Makna itu kemudian berkembang menjadi “apa yg sedang terjadi
entah baik atau buruk”. Tampak bahwa kebahagiaan adalah masalah sikap
atau cara pandang terhadap apa yg terjadi. Kebahagiaan adalah bagaimana
kita menyikapi apa pun yg sedang terjadi atau yg akan terjadi.
Dengan
pemahaman ini, kita mahfum mengapa kemalangan dan kemiskinan materi
tidak menghalangi orang menikmati kebahagiaan. Sebaliknya keberuntungan
dan kekayaan materi tidaklah menjamin adanya kebahagiaan. Dalam konteks
hubungan pasangan suami-isteri, kebahagiaan bukanlah hasil akhir yang
dicari-cari, melainkan bentuk penghayatan batin akan proses
jatuh-bangun itu sendiri.
Sikap dan cara pandang (paradigma) sangat menentukan apakah kita adalah orang yang bahagia atau tidak.
Stephen
Covey bilang: "Kalau mau perubahan kecil dalam hidup, ubahlah perilaku.
Tapi kalo menghendaki perubahan besar, ubahlah paradigma".