Thursday, July 24, 2008

New Age Movement; "Agama" Baru?


Era baru dunia ditandai dengan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Tak disangkal, perkembangan iptek telah menjembatani jurang antar bangsa di dunia. Dengan teknologi informasi yang canggih, manusia di belahan dunia berbeda merasa semakin satu dan global. Tanpa melupakan sisi positifnya, kemajuan teknologi di sisi lain menimbulkan alienasi (pengasingan) dalam diri manusia. Ada jurang antara kepintaran dan kebijaksanaan; antara kepala dan hati manusia. Seiring dengan perkembangan pesat di bidang teknologi, industri, dan informasi, millennium baru kita ditandai dengan fenomena kekosongan batin manusia dan pelbagai usaha pribadi maupun kelompok untuk memuaskannya. Sepertinya ramalan rasionalistik yang melihat kemajuan teknologi diyakini dapat membuat manusia tidak lagi membutuhkan agama mesti ditinjau kembali. Di penghujung abad ke-20 dan di derap langkah awal memasuki abad ke-21, kita justru menemukan tendensi pencarian kembali nilai-nilai religius dan spiritual serta aneka pemahaman tentang diri dan kesadaran diri. Salah satu wadah pencarian nilai-nilai tersebut adalah New Age Movement yang menampilkan diri dalam berbagai “bendera” yang berbeda; dengan semangat (spiritualitas) yang sama.

Asal Muasal New Age Movement
New Age Movement adalah gerakan kebangkitan kembali nilai-nilai religius-spiritual dari agama-agama dan tradisi klasik (terutama dari Timur). Gerakan ini menyebar secara spontan ke seluruh dunia sejak tahun 1960-an. Kendati telah tersebar luas, nama gerakan ini tidak banyak dikenal. Ini gerakan spontan yang bukan tersebar di bawah naungan agama atau organisasi tertentu. Napas ajaran New Age yang satu dan sama berkembang di balik “jubah” yang berbeda-beda. Jubah yang dikenakan mulai dari pengobatan alternatif, teknik-teknik relaksasi dan meditasi, senam pernapasan, novel-novel science fiction, psikologi humanistik, pola makan vegetaris hingga jubah pelestarian lingkungan hidup.

Napas awal aliran ini bisa jadi bermuara pada spiritisme yang dipopulerkan oleh Mary Baker Eddy, pendiri Christian Science. Helena Petrovna Blavatsky, pelopor gerakan Teosofi, juga dikaitkan sebagai cikal-bakal gerakan New Age. Lebih jauh ke belakang; filsafat pantheistik Taoisme di Cina, gnostik Stoa di Yunani, hingga The Transcendental Movement-nya Thoreau dan Emerson ikut menjadi rujukan bagi kalangan New Age.

Sebutan “New Age” mulai populer setelah Marilyn Ferguson (seorang tokoh New Age) memperkenalkannya lewat lagunya yang berjudul Age of Aquarius di tahun 1960-an. Sejak 1970-an, istilah ini secara terbuka menjadi istilah umum dengan diterbitkannya buku Mark Satin yang berjudul New Age Politics. Disusul dengan beredarnya New Age Journal dan buku Marilyn Ferguson yang berjudul The Aquarian Conspiracy: Personal and Social Transformation During the 80’s. Istilah New Age dipakai untuk menunjuk tibanya era baru di mana konstelasi rasi Pisces beralih ke rasi Aquarius. Perjalanan orbit keduabelas rasi bintang memakan waktu 25.900 tahun. Tiap rasi membutuhkan waktu edar selama 2.158 tahun. Dari sini disimpulkan bahwa siklus astrologis era Pisces yang menjadi simbol era Kristen sekarang menuju titik akhir. Kini tiba saatnya peralihan ke era baru, yakni era Aquarius. Bila di era yang lalu, dunia didominasi oleh materialisme, kini di era baru, dunia ditandai dengan pembukaan (inaugurasi) suatu “level baru kesadaran.”

Di kalangan ilmuwan modern, kita melihat warna pikiran New Age dalam diri filsuf sekaligus saintis; Fritjof Capra. Ia sangat dipengaruhi oleh Niels Bohr dan Werner Heisenberg, penulis Physics and Philosophy, ahli fisika kwantum, yang berpendapat bahwa dunia materi bukan kumpulan benda-benda terpilah seperti yang terlihat, melainkan jaringan hubungan yang merupakan kesatuan. Ia bergaul dekat dengan guru-guru spiritual seperti J. Krishnamurti, Alan Watts, Phiroz Mehta, dan guru tai-chi Liu Hsiu Chi yang memperkenalkan Taoisme. Bukunya, The Tao of Physics (1976) dalam waktu singkat menjadi bestseller internasional. Capra melihat adanya koherensi antara fisika modern dengan filsafat Timur seperti Hinduisme, Budhisme, dan Taoisme. Fisika klasik dalam Newton melihat dunia secara mekanistik; terdiri dari zat mati dan terpisah. Descartes yang dualistik juga memilah dalam perbedaan antara res extensa dan res cogitans. Pendekatan ini menimbulkan pengasingan dan jurang antara alam dan kemanusiaan. Sementara fisika modern (kwantum) dan filsafat Timur melihat dunia sebagai kesatuan holistik yang dinamis dan senantiasa berubah.

Beberapa Tema Ajaran New Age
Seperti telah disebut di atas bahwa New Age menampilkan diri dalam aneka bendera yang berbeda, namun dijiwai dengan semangat yang sama. Para pengikut aliran ini juga sering memakai simbol-simbol untuk gerakan mereka, antara lain: pelangi, piramida, segitiga, unicorn, swastika, yin-yang, kepala kambing di atas pentagram, dan angka 666. Untuk pengenalan lebih jauh, berikut ini diuraikan beberapa tema pokok ajaran New Age.

1. Tuhan
Pengikut New Age melihat Tuhan dengan kacamata pantheistik; semua adalah tuhan, dan tuhan adalah semua (mirip dengan Pantheisme Monistik dari Spinoza). Yang dimaksud dengan Tuhan adalah suatu kekuatan, kesadaran atau energi kosmis (mirip dengan élan vital-nya Bergson) yang tidak berpribadi. Energi atau roh semesta ini pada dasarnya baik sekaligus mempunyai sisi gelap dalam dirinya. Ingat saja simbol yin-yang Taoisme. Kedua sisi yang tampaknya bertentangan ini sejatinya saling melengkapi (contraria sunt complementa-Niels Bohr).

2. Manusia
Manusia adalah lelehan kecil (mikrokosmos) dari energi kosmis (makrokosmos) dan mempunyai sifat ilahi dalam dirinya. Secara empiris, manusia dan segala yang ada memang berbeda, tetapi pada hakikatnya identik, satu dan sama, bahkan dengan Tuhan/roh semesta. Karena itu, manusia juga bersifat kekal. Reinkarnasi merupakan bukti penerusan energi kekal manusia. Kematian merupakan peleburan kembali ke dalam roh kosmis semesta.

3. Doa
Doa dalam New Age ditempuh dengan meditasi untuk menyatukan atau meleburkan diri dengan sumber/asal manusia, yakni roh semesta/kosmis.

4. Dosa dan Keselamatan
Manusia pada dasarnya baik. Karena itu tidak ada konsep tentang dosa. Kejahatan hanyalah ketidakseimbangan roh/energi dalam diri manusia. Dengan demikian tidak ada pula konsep tentang keselamatan. Manusia hanya perlu mengusahakan keseimbangan energi dalam dirinya agar makin sesuai dengan keseimbangan kosmis.

5. Wahyu
New Age yakin akan adanya wahyu yang merembes dari roh semesta melalui perantara-perantara (medium/mediator, channeler, avatar) yang mempunyai indera khusus.

6. Penyakit dan Kesehatan
Dalam diri manusia terdapat energi kosmis yang harus dijaga keseimbangannya. Medan energi kosmis itu disebut aura. Penyakit disebabkan oleh aura yang menipis atau menebal sehingga keseimbangan terganggu. Untuk itu, penganut New Age mengembangkan sistem pengobatan alternatif yang dikenal dengan kesehatan holistik. Salah satu metode penyembuhan yang sedang populer adalah penyembuhan dengan energi prana. Diyakini bahwa energi prana yang ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit dapat mengembalikan keseimbangan aura dan dengan demikian kesehatan tubuh diperoleh. Ada pula yang mempraktekkan teknik relaksasi, meditasi, dan visualisasi. Imaginasi pikiran yang aktif (Carl Jung) dianggap dapat membangkitkan ketahanan tubuh untuk melawan sel-sel yang merusak dalam tubuh. Teknik visualisasi dalam melawan penyakit ditemukan juga dalam riset Dr. Carl Simonton, ahli kanker. Bersama isterinya, Stephanie Simonton, seorang psikolog, ia membukukan hasil risetnya dengan judul Getting Well Again. Sejumlah pasien kanker dinyatakan sembuh total berkat visualisasi motivasi mengapa harus sembuh (menumbuhkan the will to live) atau visualisasi perlawanan sel-sel darah putih dalam tubuh terhadap sel-sel kanker.

Bagaimana Sikap Kita?
James Redfield, pengarang The Celestine Prophecy, melihat adanya kegelisahan sekelompok orang yang mengalami ketidakpuasan terhadap jawaban akan makna kehidupan. Mereka kemudian melakukan pencarian batin secara intensif. Dalam waktu relatif singkat, New Age telah menarik hati banyak orang di pelbagai penjuru dunia. Di tahun 1960-an, ribuan orang generasi Hippies berbondong-bondong pergi ke India untuk mendalami pengalaman batin. Di tahun 1970-an berkembang dengan pesat aliran Human Potential Movement yang merupakan perpaduan antara humanisme sekular dan kebatinan. Seorang guru spiritual tersohor, Maharishi Mahesh Yogi, yang pernah menjadi guru spiritual The Beatles mempopulerkan Transcendental Meditation yang masih dipraktekkan hingga kini. Di kalangan selebritis Amerika dan Eropah, kita bertemu dengan antara lain Shirley MacLaine, Nancy Reagan, Bob Dylan, Tom Cruise, dan John Brodie yang merupakan pengikut setia New Age. Bahkan Tom Cruise, dalam suatu jumpa pers, mengatakan bahwa isteri terbarunya, Katie Holmes, harus berganti nama. Sebab nama Katie Holmes terlalu berbau kristiani. Sementara mereka telah beralih ke agama baru yang disebutnya Scientologi (bendera baru New Age?) Dan Brown, pengarang The Da Vinci Code, novel sensasional isapan jempol, juga menyampaikan pesan New Age tentang berakhirnya kekristenan seiring dengan peralihan era Pisces ke era Aquarius. Mengikuti metode kryptografi, kita juga dapat melihat bahwa nama “D a n B r o w n” mengandung kode tersembunyi. Setelah diteliti, ternyata nama itu memuat kode “BaD worm” (n+n=m), “ulat/kutu jahat” perusak sejarah.

Orang-orang muda yang mulai bergabung dalam aliran ini tidak langsung disodori bacaan-bacaan penelitian psikologis yang kompleks. Mereka biasanya diberikan pemahaman dasar melalui musik dan bulletin-buletin khusus. Bagi penganut New Age, musik merupakan jalan bagi pencarian batin. New Age memang punya daya tarik tersendiri.

Tak disangkal kenyataan bahwa aliran New Age punya aneka sisi positif. Dialog antar-iman modern mengingatkan kita akan perlunya mempelajari tradisi religius para tetangga, baik Barat maupun Timur. Gerakan pelestarian ekologis yang dilakukan para pengikut New Age juga menjadi seruan etis Gereja. Namun perlu juga disadari bahwa banyak unsur ajaran New Age tidak cocok dengan ajaran Gereja. New Age menolak hakikat Allah yang personal, pewahyuan melalui Yesus Kristus, misteri kasih Allah, inkarnasi Allah menjadi manusia dalam diri Yesus, karya keselamatan melalui Yesus, adanya Roh Kudus, adanya Gereja yang didirikan Yesus, pengadilan akhir zaman, dan lain sebagainya. New Age meyakini astrologi yang melihat jalan hidup manusia ditentukan oleh posisi perbintangan pada saat kelahiran. Mereka percaya akan reinkarnasi juga akan spiritisme di mana orang dapat berkomunikasi dengan roh orang mati melalui seorang medium. Seperti keyakinan pengikut New Age akan perembesan roh semesta dalam alam raya, tidak tertutup kemungkinan bahwa benih-benih pandangan yang tidak kompatibel dengan Gereja juga dapat merembes ke dalam pandangan religius umat beriman.

Tentang peralihan era Pisces ke era Aquarius, ada hal kecil yang hendak disampaikan. Penulis sangat tidak paham tentang Astrologi. Ketika dicoba melihat sekilas ramalan astrologis di aneka majalah, ternyata posisi bintang Pisces (18 Pebruari-20 Maret) berada sesudah bintang Aquarius (20 Januari-17 Pebruari). Dari urutan ini, bukankah justru era Pisces telah menggantikan era Aquarius? Dalam sejarah kita tahu bahwa Kekristenan awal tumbuh dalam persengketaan dengan aliran Gnostisisme Yunani kuno yang baru menyurut pada abad ke-3. St. Ireneus menulis banyak hal untuk melawan aliran ini. Apakah New Age merupakan Gnostisisme era baru?

Mohon waspada untuk tidak juga jatuh ke dalam penalaran logika yang sesat. Memang dikatakan bahwa New Age mempraktekkan aneka penyembuhan alternatif, seperti: energi prana, visualisasi, inner healing, meditasi, relaksasi, atau mewujudkan diri melalui kelompok pencinta alam, gaya hidup alami, dan sebagainya. Namun orang yang mempraktekkan hal-hal di atas belum tentu (non sequitur) merupakan pengikut New Age. Hati-hati agar tidak jatuh ke dalam sesat-nalar sofistik.

Seiring dengan semboyan kaum New Age: “kembali ke alam”, mari kita menyerukan bersama semboyan “kembali ke Injil”. Di sana terdapat jawaban-jawaban yang dicari oleh rusa-rusa yang mendamba air. Di sana kita dapat menemukan energi rahasia yang akan memuaskan kehausan manusia modern; rahasia tentang Kasih yang merupakan jalan persatuan (via unitiva) umat beriman dengan Allah-Cinta.

Apakah New Age adalah agama baru di era baru ini masih butuh telaah lebih dalam. Untuk sementara, yang terlihat dengan gamblang adalah bahwa New Age merupakan sinkretisasi antara humanisme sekular, agama-agama, filsafat Timur, psikologi modern, dan aneka praktek okultisme. Pelaku dialog antar-iman mana pun tidak pernah bermimpi untuk membuat sinkretisme seperti ini. Ideologi pantheistik yang menyamakan Allah dengan ciptaan juga harus ditolak. Pandangan ini jelas terjebak ke dalam kontradiksi ketika Allah yang tak berubah dan tunggal harus (niscaya) tercakup dalam perubahan dan keanekaragaman dunia. Karena determinasi-determinasi dan cara-cara penampakan juga secara niscaya mempengaruhi dan mengalir dari dasar eksistensi.

John Naisbitt, penulis Megatrends Asia, berujar provokatif: “Spirituality Yes, Organized Religion No”. Beberapa dasawarsa yang lalu, dunia biasanya berarti dunia Barat. Kini, manusia memasuki era proses Timurisasi dunia (Easternization of the world). Memang begitukah trend era baru kita?

Lianto (Publikasi: Majalah Duta November 2006)

No comments: