Thursday, July 24, 2008

Kebangkitan Gnostik Era Baru



Akhir-akhir ini wacana umum diramaikan dengan pembicaraan tentang adanya tulisan-tulisan Gnostik. Dan Brown melalui The Da Vinci Code (DVC) mengangkat gagasan itu melalui Injil Filipus dan Injil Maria Magdalena dan dalam pelbagai istilah dan nama tokoh yang dipakai dalam karyanya. Setelah DVC tenggelam, wacana berjubah gnostis ditampilkan dengan publikasi Injil Yudas (lihat: Injil Yudas: Bangkitnya Gnostisisme). Gnostik atau Gnostisisme bukanlah aliran baru. Aliran ini telah ada sejak abad ke-2 M. Semangat aliran ini terus bermunculan dalam sejarah dengan “bendera” yang berbeda-beda. Di era postmodern kita, jiwa aliran Gnostik menampakkan diri lagi, entah dalam “jubah” atau “bendera” apa. Untuk dapat mengenal identitasnya, kita harus mengetahui semangat dan “wajah”-nya dalam sejarah.

Sekilas tentang Gnostik
Gnostik atau Gnostisisme adalah gerakan filosofis-religius yang dikaitkan dengan agama-agama misteri dan paham keselamatan pribadi. Agama misteri yang berasal dari Yunani (Orfisme) atau dari Timur (Mithraisme) menekankan adanya ritus rahasia yang hanya diperuntukkan bagi orang yang telah diinisiasi. Sama seperti agama misteri, Gnostik mengklaim bahwa kebijaksanaan (pengetahuan) rahasia hanya diberikan kepada orang-orang dalam kelompok mereka melalui inisiasi. Ritus-ritus mitis dan magis digunakan untuk melindungi orang-orang yang sudah diinisiasi dari dunia setan-setan.

Dalam sejarah, Gnostisisme jatuh bangun bersaing dengan Kekristenan. Aliran ini mencapai puncaknya pada paruh kedua abad ke-2 M. St. Ireneus dari Lyons (130-200) mengembangkan gagasan Regula Fidei (aturan iman) sebagai norma atau patokan umum untuk menentukan pewahyuan sejati oleh Kristus kepada Gereja. Hal ini dilakukan untuk melawan kaum gnostik yang meyakini adanya pewahyuan khusus bagi orang-orang pilihan. Gerakan ini menyurut pada abad ke-3. Berbagai sekte dan aliran dengan nafas yang sama muncul-tenggelam dalam roda zaman hingga sekarang. Pengetahuan yang luas tentang gerakan ini baru dapat digali sejak 1945, ketika di Nag Hammadi (Mesir) ditemukan 52 dokumen gnostik yang ditulis dalam bahasa Koptik dan berasal dari abad ke-4 M. Dan pada tahun 1970-an ditemukan papirus yang diidentifikasi sebagai Injil Yudas, yang diperkirakan ditulis antara tahun 220-340 dalam bahasa Koptik.

Pandangan Pokok Gnostik
Akar dari Gnostisisme adalah dualisme yang melihat secara tajam dan dikotomis unsur roh dan materi, baik dan jahat, terang dan kegelapan. Aliran ini menampilkan dua tokoh utama di sisi terang, yakni: Sang Ibu Agung dan Sang Manusia Pertama. Sang Ibu Agung diyakini sebagai Dewi Langit, disebut dengan nama Sophia (bdk. nama Sophie dalam tokoh DVC), turun ke dalam dunia material. Sang Manusia Pertama telah ada sebelum dunia ini. Ia muncul ke dunia untuk memerangi kejahatan. Ia disebut juga sebagai Soter, Sang Penyelamat. Tugasnya adalah membebaskan Sophia dan orang-orang yang telah menerima pengetahuan rahasia (pengikut Gnostisisme). Persatuan Soter dan Sophia mengisyaratkan keselamatan. Dalam sekte-sekte yang menonjolkan peranan Sophia, pelacuran religius berperan penting, kadang dalam hubungan dengan Sang Soter. Para pembaca DVC bisa menyimak kembali bagaimana seorang Dan Brown telah dengan indah membungkus inti ajaran Gnostik dalam novel thriller yang penuh ketegangan.

Gnostik Kristiani (sebagian dari mereka yang menjadi kristen) melihat keselamatan sebagai pembebasan unsur rohani dari unsur materi yang jahat. Mereka menolak inkarnasi Kristus karena tubuh (materi) adalah jahat. Allah yang rohani tidak mungkin menjelma ke dalam materi yang jasmani. Mereka juga menolak (atau mengubah) tradisi dan Kitab Suci. Gnostik Kristiani yakin bahwa mereka memperoleh pengetahuan istimewa dari tradisi dan pewahyuan rahasia yang mereka terima. Injil Maria Magdalena (seperti dilukiskan dalam DVC) mengisyaratkan adanya pengetahuan rahasia yang diberikan khusus kepada Maria dan tersembunyi bagi murid-murid Yesus yang lain. Inilah sebabnya Injil Maria Magdalena termasuk kategori tulisan gnostik.

Wajah Gnostisisme Sepanjang Zaman
1. Doketisme
Bidaah yang hidup pada masa awal Gereja ini mengajarkan bahwa Putra Allah hanyalah seolah-olah saja seperti manusia. Mereka menolak realitas jasmaniah Kristus. Yang disalibkan sesungguhnya bukanlah Yesus, tetapi orang lain, misalnya Simon dari Kirene. Baru-baru ini Michael Baigent (penulis The Blood and the Holy Grail dan The Dead Sea Scroll Deception) kembali mencoba mengguncang iman kristiani dengan The Jesus Papers yang memaparkan teori tentang kematian palsu Yesus dan surat-surat Yesus yang ditujukan kepada Sanhedrin. Isi Injil Yudas amat kental pengaruh aliran ini.

2. Manikeisme
Berasal dari seorang bernama Mani, lahir di Persia sekitar tahun 215. Ia memadukan Zoroastrianisme, Budhisme, Gnostisisme, dan Kristianisme menjadi satu aliran. Mani menganggap diri mengikuti nabi-nabi PL, Zarathustra, Budha, dan Yesus untuk membebaskan percikan cahaya dalam diri manusia dan dengan demikian membebaskan mereka dari kejahatan.

3. Bogomil
Sekte yang juga bercorak dualistik ini muncul pada Abad Pertengahan. Pendirinya dikaitkan dengan seorang imam bernama Yeremias atau seorang yang bernama Teofilus. Pandangan dualisme yang ekstrem membuat penganut aliran ini menolak segala tindakan berbau “material” seperti penghormatan terhadap ikon (gambar) termasuk salib, baptisan dengan air, baptisan bayi, dan lain-lain. Sekte ini berkembang di daerah Balkan, terutama Bulgaria. Sejak masuknya orang-orang Turki, banyak pengikut sekte ini menjadi Islam.

4. Albigensianisme
Bidaah ini berkembang di Perancis selatan pada Abad Pertengahan. Aliran ini juga melihat keselamatan sebagai pembebasan jiwa dari tubuh, menganggap jahat hal-hal jasmaniah, dan dengan demikian menolak inkarnasi, sakramen-sakramen, dan kebangkitan tubuh. Pada tahun 1215 bidaah ini dinyatakan salah dalam Konsili Lateran IV.

5. New Age Movement: Gnostik Era Baru
Di zaman post-modern ini, dunia kembali diwarnai kebangkitan baru Gnostisisme dalam gerakan New Age. Gerakan ini merupakan sinkretisme dari Kristianisme dan pelbagai aliran kuno Timur seperti Budhisme dan Taoisme (informasi lebih lengkap lihat: New Age Movement; "Agama" Baru?). Gerakan ini mencanangkan kebaruan zaman yang akan beralih dari kekristenan yang dilambangkan oleh rasi pisces ke New Age yang dilambangkan oleh rasi Aquarius. Dan Brown dalam DVC juga menyampaikan pesan serupa: berakhirnya masa rasi Pisces digambarkan sebagai berakhirnya kekristenan.

DVC dari Brown dan pelbagai karya sejenis (The Blood and the Holy Grail, The Dead Sea Scroll Deception, The Jesus Papers, dan The Lost Tomb of Jesus) menyampaikan pesan yang sama. Entah metode pemecahan kode Brown ada atau tidak ada, di dalam karya-karya sensasional tersebut jelas terkandung “kode” nafas Gnostisisme yang pernah tenggelam dalam sejarah. Gereja era baru harus berhadapan dengan tantangan ini. Perang pena tak bisa dihindari lagi. Dalam pandangan mata yang menyingkapkan kulit luar realita, kita bisa melihat kesejatiannya: kebangkitan Gnostisisme dalam media massa! Di semak belukar tulisan-tulisan berkedok sastra, Gnostisisme mengendap-ngendap mengincar mangsa.

Lianto

No comments: