Wednesday, July 23, 2008

Membongkar “The Lost Tomb of Jesus”


Menjelang perayaan kebangkitan Yesus tahun 2007, Gereja kembali diguncang oleh karya sekelompok orang yang mencoba membuyarkan iman akan kebangkitan. Karya yang santer diwacanakan itu adalah The Lost Tomb of Jesus (LTJ), yang pertama kali ditayangkan oleh Discovery Channel dan Vision TV di Canada pada tanggal 4 Maret 2007. Film dokumenter ini disutradarai oleh Simcha Jacobovici dengan James Cameron yang berperan sebagai produser eksekutif. Film ini dirilis bersama dengan buku dengan materi yang sama: The Jesus Family Tomb (JFT) yang dikarang oleh Jacobovici bersama Charles R. Pellegrino. Dua karya ini mendapat bantahan di mana-mana baik dari para arkeolog dan teolog maupun para pakar bahasa dan Kitab Suci.

Klaim Penemuan LTJ
Rumor LTJ berawal dari penemuan arkeologis atas kuburan kuno di Talpiot, Yerusalem pada tahun 1980. Dalam penggalian itu, ditemukan sepuluh peti tulang-belulang (osuari). Enam peti di antaranya terukir nama-nama yang diklaim Jacobovici dkk. sebagai nama-nama keluarga Yesus. Sedangkan empat peti yang lain tak bernama. Nama-nama yang terukir itu adalah Yeshua bar Yehosef (Yesus putra Yosef), Maria, Yose (Yosef atau Yoses yang dikaitkan pembuat film dengan saudara Yesus dalam Mark 6:3), Yehuda bar Yeshua (Yudah putra Yesus), Mariamene e Mara (yang diklaim sebagai Maria Magdalena), dan Matya (Matius yang dianggap sebagai suami seorang wanita dalam suatu peti yang tak berukir nama. Figur ini dikaitkan dengan seorang kerabat Maria, ibu Yesus).

LTJ lebih jauh mengklaim bahwa sejumlah peti yang lain telah hilang. Di antaranya adalah peti kuburan Yakobus yang disebut Perjanjian Baru sebagai “saudara Tuhan”. Dalam buku JFT, Jacobovici mengklaim bahwa peti Yakobus merupakan bagian dari kuburan keluarga di Talpiot ini yang terpisah karena ulah para penjual benda kuno. Jacobovici memperkuat argumennya dengan paparan aneka pakar yang dipergunakannya. Antara lain pakar statistik, arkeolog, sejarah, pengujian DNA, kamera robot, forensik, dan pakar tulisan kuno.

Kritik atas LTJ
“Yeshua” atau “Yesus”, Nama yang Umum
Sejumlah besar pakar arkeologi berpendapat bahwa argumen Jacobovici dalam LTJ merupakan kesimpulan yang terlalu dini dan tergesa-gesa. Amos Kloner, arkeolog yang terlibat langsung dalam penggalian kuburan Talpiot dan sejumlah arkeolog lain tidak pernah terbersit pikiran untuk mengidentikkan kuburan Talpiot sebagai kuburan keluarga besar Yesus. Nama-nama yang terukir di peti osuari merupakan nama-nama yang sangat umum dalam masyarakat Yahudi kala itu. Sama sekali tidak ada indikasi yang cukup untuk mengidentikkan kuburan tersebut sebagai kuburan Yesus.

Paul Maier, profesor Sejarah Kuno di Western Michigan University, mencatat bahwa sekurang-kurangnya ada 21 pribadi terkemuka yang bernama “Yeshua” atau “Yesus” yang tertemukan dalam karya Flavius Yosefus, sejarawan Yahudi abad pertama. Terlalu dini dan gampang bagi Jacobovici dkk. untuk melompat jauh menuju kesimpulan mereka. Dr. Richard Bauckham, professor University of St. Andrews, mengkatalog nama-nama osuari dari daerah itu sejak 1980. Dari catalog itu, ternyata nama “Yesus” menempati urutan ke-6 dari nama terpopuler yang dipakai oleh laki-laki Yahudi. Dan nama “Maria” atau “Mariamne” adalah nama terpopuler dari wanita Yahudi masa itu. Dalam koran Yedioth Ahronoth, Amos Kloner melaporkan bahwa nama “Yesus” tertemukan 71 kali dalam penggalian kuburan sejak 1980-an.

Klaim atas Peti Yakobus
Jacobovici dalam JFT mengklaim bahwa peti kuburan Yakobus tidak ditemukan di Talpiot karena telah dipindahkan. Pendapat ini mendapat bantahan. Ben Witherington III berpendapat bahwa berdasarkan data penjualan barang kuno, peti kubur Yakobus dipindahkan dari Silwan dan bukan dari Talpiot. Lebih jauh lagi, Eusebius melaporkan bahwa Yakobus dimakamkan tidak jauh dari tempat dia dibunuh sebagai martir. Tepatnya di lembah Kidron, dekat dengan kuburan yang dikenal sebagai kuburan Absalom. Di mana pun juga di Talpiot tidak ditemukan lokasi ini. Lagipula, ukuran peti Yakobus tidak sesuai dengan ukuran 10 peti yang ditemukan di Talpiot. Hal ini memperkuat argumen bahwa peti Yakobus tidak berasal dari kuburan Talpiot seperti yang diklaim Yacobovici.

Pengujian DNA
Pembuat film LTJ lagi-lagi membuat lompatan penyimpulan atas pengujian DNA. Mereka mengklaim bahwa pengujian DNA membuktikan antara “Yesus putra Yosef” dan “Mariamne” atau “Maria” tidak terdapat hubungan darah dari silsilah ibu. Dari sini ditarik kesimpulan bahwa mereka mungkin sepasang suami isteri karena dikuburkan dalam satu kuburan keluarga. Sebelum kesimpulan lain ditarik lebih jauh, pertama-tama semustinya dibuktikan terlebih dahulu apakah benar tulang-belulang dengan nama “Yesus putra Yosef” adalah milik Yesus Kristus. Lebih jauh, ketidakterkaitan hubungan darah antara dua tulang-belulang tersebut di atas, tidak bisa begitu saja menjadi alasan bahwa keduanya suami isteri. Bisa jadi “Mariamne” adalah isteri dari salah satu dari dua pria lain yang ditemukan dalam kuburan yang sama. Ternyata pengujian DNA yang dilakukan tidak ditujukan untuk identifikasi siapa pemilik belulang “Yesus putra Yosef”. Pengujian yang dilakukan hanya untuk membuktikan ketidakterkaitan antara sepasang belulang yang telah diyakini sebelumnya (apriori) sebagai sepasang suami isteri.

LTJ Tidak Sesuai dengan Tradisi Terpercaya
Identifikasi kuburan Talpiot sebagai kuburan Yesus dan keluarga didasarkan pada klaim yang tidak substansial. Klaim ini tidak sesuai dengan catatan Injil tentang kematian dan pemakaman Yesus. Argumen yang diusung LTJ bertentangan dengan tradisi Kristen awal tentang Yesus. Lebih jauh, LTJ juga tidak sejalan dengan data historis dan arkeologis tentang tata cara orang Yahudi zaman Yesus dalam penguburan orang mati.

Terlebih lagi, LTJ dengan peti mewah berornamen indah, tidak sesuai dengan kondisi keluarga miskin dan non-Yudea Yesus dari Nazareth. Klaim LTJ teramat sensasional dan tidak didukung oleh dasar yang ilmiah. Jodi Magness, seorang arkeolog di University of North Carolina, menegaskan bahwa di zaman Yesus, keluarga kaya memakamkan orang mati dalam kubur yang diukir tangan, meletakkan tulang belulang di lubang-lubang dinding, dan kemudian memasukkannya ke dalam peti osuari. Andai saja keluarga Yesus cukup kaya untuk memiliki kuburan dengan ukiran batu. Hal itu pun semustinya berada di Nazareth, bukan di Talpiot, Yerusalem. Nama-nama dalam kuburan Talpiot adalah milik suatu keluarga Yudea yang hidup sekitar Yerusalem. Hal itu terbukti dari susunan nama yang terdiri dari nama diri dan nama sang ayah (Yesus putra Yosef). Sebagai orang Galilea, susunan nama Yesus dan keluarga umumnya terdiri dari nama diri dan kampung asalnya (Yesus dari Nazareth).

Ornamen pada osuari temuan Talpiot (chevron dalam lingkaran) terukir dengan misterius dalam film LTJ. Mereka mungkin tidak tahu bahwa simbol itu sama sekali asing dari simbol-simbol Kristen awal. Simbol itu diambil dari ornamen Gerbang Nikanor di Bait Allah Yerusalem. Hal ini membawa kita kepada penafsiran bahwa belulang Talpiot lebih mungkin milik Yahudi fundamentalis.

Permasalahan Kompetensi
Joe Zias mantan kurator arkeologi Museum Rockerfeller, yang menerima dan membuat katalog temuan Talpiot, mengatakan: “….film yang dilebih-lebihkan ini tidak jujur secara intelektual dan ilmiah.” Lebih jauh ia menegaskan bahwa baik Jacobovici maupun Cameron sama sekali tidak kompeten dan kredibel. “Mereka tahu apa tentang arkeologi? Saya seorang arkeolog. Jikalau saya menulis buku tentang bedah otak, Anda pasti bertanya: ‘Siapakah orang ini?’….Proyek seperti ini merupakan penghinaan atas profesi arkeologis” Arkeolog lain bernama William Dever menegaskan bahwa argumen LTJ jauh sekali dari penafsiran rasional mana pun. Dalam film LTJ, pembuat film mengklaim bahwa laporan informasi ini belum pernah dipublikasikan. Hal ini dibantah oleh empunya penemuan, Amos Kloner. Menurut Kloner, seluruh detail sudah dipublikasikan di jurnal Antiqot pada tahun 1996. Dan dia tidak mengidentikkannya sebagai kuburan keluarga Yesus.

Dari latar belakang pribadi pembuat film ini, kiranya motivasi hanya soal meraup keuntungan materi. Mengikuti Dan Brown, barangkali mereka akan segera kaya raya. Tidak peduli mereka harus melukai hati jutaan orang tak berdosa yang tidak cukup jeli untuk membedakan fiksi dari fakta.

Lianto (Publikasi: Majalah Duta Juni 2007)
dari aneka sumber

No comments: