Wednesday, July 23, 2008
Membedah "The Lost Tomb of Jesus" dengan Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari syarat-syarat penalaran yang sah. Dengan Logika, orang belajar mengenai aturan-aturan untuk mencapai penalaran yang tepat serta bentuk dan pola pikiran yang masuk akal dan sah. Logika juga dipandang sebagai studi dan penerapan aturan-aturan penarikan kesimpulan pada argumen atau sistem pemikiran. Perkembangan pesat sains dan teologi hingga saat ini dipercaya terjadi berkat pemanfaatan ilmu logika. Tulisan-tulisan Aristoteles tentang logika disebutnya sebagai Organon yang berarti instrumen ilmu.
Ketika kita berargumentasi dengan seseorang, tidak jarang kita merasakan adanya ketidakberesan dalam argumen atau cara penyimpulan yang dilakukan oleh lawan bicara. Hal serupa juga sering terjadi di saat membaca atau meneliti suatu teori atau wacana dalam media massa. Ada sesuatu yang tidak tepat dalam argumentasi, tetapi kita tak dapat dengan tepat menunjukkannya. Dalam keadaan ini, logika menjadi semacam mikroskop untuk menelisik apa yang tidak kasat pikir. Dengan logika, bisa dilihat The Lost Tomb of Jesus (LTJ) karya Jacobovici jatuh sekurang-kurangnya pada dua kesesatan penalaran. Kesesatan penalaran (fallacy) adalah kekeliruan pemikiran yang terjadi karena orang tidak mengikuti atau melanggar aturan penyimpulan. LTJ terjebak dalam kesesatan pikir argumentum ad verecundiam dan argumentum circulus viciosus.
Argumentum ad Verecundiam
Kekeliruan ini terjadi bila suatu kesimpulan dikemukakan bukan berdasarkan bukti, melainkan berdasarkan otoritas. Kekeliruan dilakukan dengan mengandalkan perasaan hormat orang banyak terhadap orang ternama (ahli) guna mendapatkan persetujuan atas suatu kesimpulan. Argumen ini sangat umum ditemukan dalam iklan-iklan produk masa kini dengan menampilkan kaum selebritis dalam promosi produk yang ditampilkan. Misalnya produk sabun tertentu menampilkan artis molek yang sedang bersabun-ria. Loncatan penyimpulan yang terjadi adalah: belum tentu benar artis tersebut mempergunakan produk yang ditampilkan. Lagipula belum tentu benar kemolekan tubuhnya adalah hasil/manfaat dari produk yang bersangkutan.
Dalam pembelaan LTJ, Jacobovici mengklaim bahwa karyanya didukung oleh pelbagai pakar, antara lain: pakar statistik, arkeolog, sejarah, pengujian DNA, kamera robot, forensik, dan pakar tulisan kuno. Benarkah demikian? Siapakah mereka? Lagipula kesimpulan besar yang ditarik semustinya didasarkan pada bukti yang jelas dan ilmiah, bukan dengan menumpang sederetan nama pakar untuk memancing keyakinan massa. Tidak sedikit pakar yang betul-betul kompeten di bidangnya bersuara menentang argumen LTJ dengan bukti dan penjelasan ilmiah. Jacobovici tidak mengindahkannya.
Argumentum Circulus Viciosus
Argumen ini lebih dikenal dengan “argumen lingkaran setan”. Kekeliruan argumen ini terjadi ketika seseorang mencoba membuktikan kesimpulan yang diambil dengan mengandaikan premis yang seharusnya dibuktikan. Argumen Jacobovici dalam LTJ mencoba membuktikan penemuan kuburan Talpiot sebagai milik Yesus sekeluarga. Dia mengandaikan Yoses dan Yakobus sebagai “benar” saudara Yesus. Premis yang masih harus dibuktikan kebenarannya ini dijadikan bukti untuk membuktikan kesimpulan kedua (kuburan Talpiot=kuburan keluarga Yesus), karena dalam kuburan itu tertemukan juga peti tulang dengan inskripsi nama Yoses. Gambaran sederhananya begini: Yoses adalah saudara Yesus. Berhubung nama Yoses juga tertera dalam kuburan Talpiot, maka kuburan Talpiot adalah kuburan keluarga Yesus. Mengapa demikian? Karena Yoses adalah saudara Yesus. Kesimpulan pertama yang belum terbukti dipakai untuk membuktikan kesimpulan kedua. Kesimpulan kedua selanjutnya dipakai lagi untuk membuktikan kesimpulan pertama. Inilah lingkaran setan yang melilit argumen Jacobovici. Contoh yang lebih sederhana berikut bisa membantu memperjelas kesesatan pikir ini. Tiga orang pencuri bertengkar mengenai pembagian tujuh berlian hasil curiannya. Salah seorang memberikan dua berlian kepada masing-masing temannya lalu berkata: “Saya dapat tiga”. Teman yang satu bertanya: “Kenapa Anda dapat tiga?” Jawabnya: “Karena saya pemimpin”. Teman yang lain bertanya: “Oh ya, bagaimana Anda menjadi pemimpin?” Jawabnya: “Karena saya punya tiga berlian”.
Argumen Jacobovici dalam LTJ dibantah oleh ahli arkeologi yang langsung terlibat dalam penggalian kubur Talpiot (lihat Membongkar The Lost Tomb of Jesus). Terjadi loncatan penyimpulan dalam teori Jacobovici. Di kalangan ilmuwan dan arkeolog yang tidak semua beragama Kristen, LTJ dibantah bukan terutama karena menggoyahkan keyakinan. Keduanya dibantah karena menentang logika dan kejujuran ilmiah.
Lianto (Publikasi: Majalah Duta Juni 2007)
Labels:
Apologetika
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment