“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Lukas 14:26)
Mungkin inilah kata-kata Yesus yang paling keras tentang syarat mengikuti Dia. Jika kata “membenci” dimengerti seperti bahasa kita, maka sayalah orang yang tanpa pikir panjang akan meninggalkan-Nya. Jika Dia memang mengharuskan kita membenci orangtua, isteri, saudara, anak-anak, bahkan nyawa sendiri, Yesus tidak hanya melawan hukum alam, budaya, dan hati nurani, tetapi bahkan hukum-Nya sendiri tentang menghormati orangtua dan mengasihi sesama hingga musuh. Jika Yesus memang memaksudkan seperti itu, Dia pasti sudah gila.
Latar belakang perkataan ini harus diletakkan pada kenyataan bahwa ikatan keluarga bisa menjadi penghalang untuk menomorsatukan Kerajaan Allah di atas segala-galanya. Seseorang bisa saja terbelit ikatan dan kepentingan anggota keluarga sehingga tidak ada waktu dan perhatian untuk pelayanan. Dalam ungkapan bahasa Alkitab, “membenci” bisa berarti kurang mengasihi. Misalnya ketika dalam Perjanjian Lama dibuat aturan untuk seseorang yang beristeri dua. Yang seorang dicintainya, sedangkan yang lain tidak dicintai (“dibenci” dalam versi King James) (Ulangan 21:15). Yang dimaksudkan bukanlah yang satu dikasihi dan yang lain tidak dikasihi. Artinya ialah bahwa seseorang lebih mengasihi isteri yang satu daripada yang lain. Dengan konteks ini, kita dapat memahami istilah “membenci” dalam ucapan Yesus sebagai mengasihi lebih sedikit (kurang). Paralel dalam Matius 10:37 meneguhkan pemahaman ini: “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku....”
Ada pula pandangan yang mengatakan bahwa pola pikir orang Yahudi bersifat “hitam-putih”. Lawan dari cinta adalah benci, tidak ada kata untuk melukiskan nuansa lebih atau kurang. Terlepas dari penjelasan ini, ucapan Yesus yang mengagetkan itu memang bagus untuk mengagetkan orang tentang beratnya tuntutan (syarat) mengikuti Dia.