YESUS BERJUMPA DENGAN IBU-NYA
Kami menyembah sujud kepada-Mu, Kristus, serta memuji Engkau.
Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
Saat itu.....
Sebagai seorang ibu, Maria tak mau membiarkan Putera-Nya sendirian dalam sengsara. Maria muncul pada saat yang tepat. Mereka sejenak beradu pandang. Tidak ada kata yang terucap, tapi Maria turut merasakan hebatnya penderitaan Putera-Nya. Bagi Yesus, pertemuan ini bagaikan seteguk air penawar dahaga dan penambah kekuatan.
Saat ini....
Penderitaan Yesus di jalan salib adalah karena dosa manusia. Dalam hidup perkawinan, salib yang harus kita pikul adalah karena kelemahan pribadi kita. Kita insan lemah yang hidup di dunia yang tak sempurna. Ketika suami atau isteri jatuh dalam ketidaksetiaan komitmen, apa yang kita lakukan untuknya? Apakah kita juga memberikan seteguk air penawar dahaga seperti yang diberikan Bunda Maria? Ataukah kita justru menambah beban salibnya dengan aneka interogasi, prasangka dan tuduhan, beberan detil-detil kelakuan yang menyakitkan, atau ancaman bahwa kita juga dapat melakukan hal yang sama dengan “menjatuhkan diri” dalam ketidaksetiaan?
Doa:
Bunda Maria, Bunda yang berbelas kasih, bimbinglah perjalanan kebersamaan kami dalam perkawinan, agar setiap saat kami tetap ingat akan komitmen dan janji kami di hadapan Tuhan; “setia dalam untung dan malang, hingga ajal tiba.” Sungguh, ini janji dan komitmen yang indah namun tidak mudah. Berkatilah kami agar kami tetap tabah ketika badai mulai menerpa, dan genggamlah tangan kami untuk bersama melewatinya.
Kasihanilah Tuhan, kasihanilah kami.
Allah, ampunilah kami, orang berdosa.
Maria selalu setia
Pada Sang Kristus Puteranya
Dalam suka dan duka